Ukhti yang Ternoda - Chapter 04
“OOOOUUUHHHHHHHH… SAYAAAANGHHHH…”
Mendengar lenguhan hebat itu, aku semakin liar mengulum putingnya, bergantian kiri dan kanan. Tubuhnya kelojotan merasakan serangan kenikmatan, kepalanya menoleh ke kiri-kanan, kadang mendongak ke atas sembari menggigit bibir bawah.
Aku melakukan serangan akhir dengan menyatukan toketnya, mengulum kedua puting secara bersamaan. Laila seperti tersengat listrik, merasakan kenikmatan lebih dari sebelumnya, hingga menjambak-jambak rambutku. Tak lama, ia merasakan desakan cairan di vaginanya.
“MMPHHHH… OUUUHHH MASSS….”
Laila langsung lemas setelah mendapatkan orgasme pertamanya.
“Ehhh… barusan Laila orgasme ya?”
“Or… orgasme… apa… sih mas?”
“Itu yang barusan Laila rasain… nikmat kan?”
Laila hanya mengangguk, masih merasakan sisa kenikmatan. Belum selesai merasakan orgasme pertama, aku melanjutkan menikmati tubuh indahnya. Menciumi perut hingga mendekati CD pink Laila yang basah kuyup oleh cairan surgawinya. Bahkan ranjangnya pun ikut basah.
Aku pun menarik turun CD Laila hingga terlepas. Kini tergeletak di depanku seorang akhwat berparas cantik, putih, tanpa sehelai kain menutupi tubuhnya, hanya jilbab yang masih menempel di kepalanya.
Masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Memek Laila terlihat indah tanpa bulu, rapat sempurna.
“Indahnya tubuhmu, Laila sayang.”
Aku melanjutkan menjilat tubuh indahnya, mulai dari ujung kaki hingga pangkal paha. Selesai kaki kanan, kulanjutkan kaki kiri. Ketika sampai di depan liang surgawinya, jantungku berdegup kencang dengan antisipasi dan gairah.
Aku mulai menciumi bagian luar vagina Laila. Bau harum khas vagina akhwat pun membelai lembut hidungku, membuatku makin bernafsu. Tak butuh waktu lama, dengan bantuan jemariku, kubuka sedikit vagina Laila dan nampak warna pink muda yang sudah basah kuyup menanti tombakku. Dengan perlahan, kujilati vagina basah Laila dari pangkal ke atas tanpa menyentuh klitorisnya.
Merasakan sensasi hangat menggelitik di bagian bawah, Laila pun mencoba melihat dengan mengganjal kepalanya dengan guling. Jilatan demi jilatan yang kuberikan membawa Laila menapaki kenikmatan dunia yang tak pernah dia bayangkan. Desahan dan lenguhannya begitu erotis di dalam kamar kecilnya.
“OOUHHH… SSHΗΗΗ… ΜΜΜΗΗΗ… ΑΗΗΗ… IYAAAHH MAASSS… OUUHH… ΕΝΑΑΑΚK MAASSS… OUUHH MAS GHAFFAAR SAYAANGHHH…” seru Laila.
Laila makin kelojotan bak cacing kepanasan ketika kulihatkan lidahku jauh lebih dalam ke liang surgawi Laila. Mengobok-obok, menggali lebih dalam seakan lapar dan ingin melumat habis semua cairan surgawinya. Mendapatkan serangan kenikmatan tiada tara di vaginanya, Laila mencapai klimaks keduanya dan kali ini lebih hebat lagi.
“UNGGHHH… MAASSS MAU PIPISSS… AAGHHH… OUUHHΗΗΗ…” pekiknya.
Laila menekan erat-erat kepalaku dan menjepitnya dengan kedua pahanya, membuat kepalaku terjepit total.
Crrttt… cuuurrrrr…
Segera kutarik kepalaku ketika merasakan semburan hangat dari vaginanya. Laila mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi dan menyemburkan cairan surgawinya seperti air bah. Pemandangan yang indah ketika seorang akhwat yang selalu menjaga auratnya kini mengalami orgasme dan squirting. Badan Laila pun langsung lunglai dan nafasnya tersengal-sengal merasakan orgasmenya yang kedua.
“Duhhh… udah 2x nih Laila sayang…”
Laila pun hanya terdiam. Nafasnya masih terasa berat setelah orgasme.
“Aku mulai ya Laila sayang…” bisikku.
Kugecup pipinya dan mulai menggesek-gesekkan kontol besarku di bibir vagina Laila. Kuberikan isyarat untuk Laila agar menahan pahanya dengan tangannya sehingga liang surgawinya sedikit terbuka.
Dengan posisi Laila telentang dan kaki mengangkang, kumulai melesakkan kontolku ke liang surgawi Laila. Terasa seret dan susah, bahkan ujung kontolku pun tidak bisa masuk. Kemudian, kuputuskan menggunakan ludah untuk membasahi ujung kontolku dan sedikit melumasi bibir vaginanya. Laila pun hanya menutup mata menanti aksiku berikutnya.
Kali ini kucoba kembali melesakkan kontol 25cm-ku ke liang surgawi Laila. Dengan susah payah, akhirnya kontolku pun mulai melesak masuk. Laila yang merasakan benda keras menguak vaginanya pun terbelalak menahan sakit.
“Akhh… Akhh… sakiitt maass pelan… pe… laaannhh…” pekiknya.
Baru seperempat kontol yang masuk, kurasakan ada yang menghalangi. Aku tahu ini lembar keperawanan Laila. Perlahan tapi pasti, kutekan kontolku jauh lebih dalam dan terasa seperti merobek sesuatu.
“Aaakkkk…” pekik Laila menahan sakit.
Kuhentikan gerakanku dan membiarkan sementara kontolku di dalam vaginanya agar terbiasa. Sambil menciumi bibirnya dan meremas toketnya, kubiarkan Laila tenang. Ketika dia mulai tenang, kulanjutkan penetrasiku. Perlahan kutekan lagi kontolku jauh lebih dalam.
“Masih sakit Laila sayang?” tanyaku.
“Mmmhhh… sedikit maass… pelan-pelan yah…” jawabnya.
Laila mulai hilang rasa sakitnya dan berganti dengan sensasi nikmat. Ia pun mulai mendesah ketika kulihatkan kontolku hingga 3/4-nya masuk ke liang surgawinya.
“Ssshhh… ahhh… mmhh…” desahnya.
“Udah enakan Laila sayang?” tanyaku lagi.
“Iyahh maass… uhh enakk banget kontol maass… gede banget… berasa sesek didalem…” jawabnya.
Tangan Laila menggenggam erat guling, matanya merem melek menikmati genjotanku yang perlahan keluar masuk vaginanya. Kugempur dengan kecepatan perlahan dan dengan teratur menaikkan tempo. Suara ranjang menjadi saksi bisu dosa dua aktivis Islam ini. Laila semakin keras mendesah, nafasnya mulai memburu, tangannya pun mulai berganti meremas toket besarnya.
“OHHHH… MASSS… ENΑΑΑΚΚΚ… ΤTERUUSSHHH… ΑΙΗΗΗ… MMPPHH… AHHH…” serunya.
Melihat Laila, aku menaikkan kecepatan genjotanku hingga ranjang kami pun makin berisik. Tak butuh waktu lama, Laila pun meremas toketnya kuat-kuat dan melengkungkan badannya sambil melenguh panjang tanda ia mencapai klimaks. Aku segera mencabut kontolku dengan sigap.
“OOOOOUHHHHHHH… MAAASSSSSS…. CRRRRRTTTTTTT… SEERRRR… SEERRRRRRRRR…”
Badan Laila mengejang hebat merasakan orgasme ketiganya. Kini seluruh ruangan kamarnya berbau khas cairan surgawi akhwat.
“Mhhh… hhh… Mass… belum orgasme yaah…? Laila uda capek banget…” katanya.
“Belom nih sayang… capek enak kaan?” jawabku.
“He’emh… trus gi… mana… dong mas?” tanyanya lagi.
“Yaudah… aku ijin pakai tubuh cantik Laila nyampe aku orgasme ya?” bisikku.
“He’emhh… maass…” jawabnya.
Kini kumiringkan posisi Laila ke kanan. Kaki kanan Laila kutegakkan dan kutahan dengan tangan kiriku. Kulesakkan kembali kontolku ke vagina Laila. Sudah lebih mudah meskipun masih saja seret. Kini Laila hanya bisa mendesah pasrah oleh permainanku. Aku menaikkan dan menurunkan tempo genjotanku sehingga membuat Laila kembali orgasme.
Kukejar klimaksku dengan menaikkan tempo genjotanku. Benar-benar menikmati persetubuhan dengan akhwat itu. Kini posisi Doggy yang kucoba. Kabadikan momen aku menyodok Laila dari belakang itu dengan handphoneku.
Begitu mulus putih tanpa cela tubuh indah Laila membuatku semakin liar menggenjotnya. Laila pun kembali klimaks hingga kini seluruh ranjangnya basah kuyup. Bahkan cairan surgawinya sudah membasahi hampir seluruh bagian ruangan kamarnya.
Kini dengan posisi missionary, kugunakan semua tenaga terakhirku. Dengan satu hentakan kuat, kontolku pun terbenam hingga mentok ke rahim Laila. Laila pun tersentak merasakan kenikmatan ketika rahimnya kusodok. Langsung saja kugenjot Laila dengan cepat dan liar. Kami pun sudah tak menghiraukan lagi dengan lingkungannya. Laila semakin keras mendesah, mendekap erat diriku. Kakinya pun ia silangkan di pinggulku. Genjotanku semakin tak terkendali dan kini kurasakan kontolku akan meledak.
“Uhhh… Laila sayang… keluarin dalam yaa??” tanyaku.
“Aahh… Ahh… ter… serahh… massss… akhhh” jawabnya.
Tanpa basa basi, kubenamkan seluruh kontolku ke dalam vagina Laila dan memuntahkan semua spermaku ke vagina akhwat cantik itu.
“ARRGHHHHH!!!”
“OOOUUUUHHHHΗΗΗ…” seru Laila.
Beberapa detik aku menahan posisiku. Karena terlalu banyak sperma yang dikeluarkan, vagina Laila yang kecil pun tak sanggup menahan lelehan sperma bercampur darah keperawanan keluar dari bibir vaginanya. Habis sudah tenaga kami berdua, aku mencium mesra bibir Laila, disambut dengan ciuman mesra pula darinya sebelum akhirnya kami tertidur pulas.
Persetubuhan itu berlangsung hingga adzan maghrib. Menjelang isya, kami terbangun dan mandi bersama. Di dalam kamar mandi, Laila masih sempat memberikan blowjob terakhir sebelum akhirnya aku pulang kembali ke kos.
Hari itu merupakan hari terindahku di Jakarta bisa menikmati tubuh indah seorang akhwat cantik. Bagi Laila pun ini pengalaman seks pertamanya yang hebat. Sesampainya di kosan, aku membuka chat WhatsApp Laila.
Laila: Makasih yaa masss… Nyesel sih… tapi nagih… sambil Laila memberikan emot tertawa.
Aku: Hahaha… ya gimana sayang? Mau udahan atau lanjut lagi nih?
Laila: Mmm… liat besok ya mass Rafiq… bobok dulu ya… assalamualaikum… mmuach…
Laila pun menutup chat dengan emot ciuman, dan aku tidur dengan senyum puas bahagia.