Suami Sewaan Tante Sania - Bab 05
Tidak ada penghuni rumah lain yang curiga. Kedua putra mereka masih terlalu kecil untuk mengerti, dan dua asisten rumah tangga sengaja ditugaskan di dapur.
Noah tinggal di rumah Om Jovan hingga Minggu malam. Tante Sania sebenarnya memintanya untuk bermalam dan pulang pada Senin pagi, tetapi Noah menolak. Dia berpikir bahwa akan sangat berisiko jika para penghuni kompleks perumahan melihatnya pulang dari rumah Om Jovan di pagi hari. Bagaimana dia bisa menjelaskan apa yang dilakukannya di rumah itu hingga pulang pagi?
Dua hari kemudian, Noah baru saja tiba di rumah dari kantor ketika ponselnya berdering. Ternyata itu adalah Om Jovan.
“Ya, ada apa, Om?” tanya Noah.
“Kamu ada acara malam ini?” tanya Om Jovan.
“Mmm, rasanya tidak, ada apa ya?” Noah bertanya. Beberapa saat sebelum pulang pada hari Minggu kemarin, mereka sudah sepakat bahwa Noah belum akan berkunjung ke rumah Om Jovan. Itu semata-mata demi keamanan. Akan sangat berisiko jika Noah setiap hari berkunjung ke rumah mereka. Selama ini, hubungan Noah dengan Om Jovan dan Tante Sania tidak bisa disebut dekat. Jika setiap malam Noah berkunjung, pasti akan menimbulkan pertanyaan yang sukar untuk dijawab.
Karena itu, telepon Om Jovan benar-benar membuat Noah bertanya-tanya.
“Jika Noah tidak ada acara, nanti kami akan singgah dengan mobil sebentar lagi ya?”
“Ada apa, Om? Kita mau kemana?”
“Nanti saja, sebentar kita bicara. Yang penting tidak lama lagi kami akan menjemputmu. Bersiap-siaplah…”
Sekitar satu jam kemudian, Noah kembali ditelepon oleh Om Jovan. “Mobil kami ada di dekat lapangan dekat gardu. Kami tunggu kamu di sini ya?”
“Oke, baik, Om,” kata Noah.
Lapangan dekat gardu letaknya tidak jauh dari rumah Noah. Dari kejauhan, dia melihat mobil yang diparkir. Lapangan itu tergolong sepi dan gelap.
Pintu bagian belakang terbuka begitu Noah mendekat. Di dalam mobil, di kursi bagian tengah, dia melihat Tante Sania yang tersenyum. Di depan, di balik kemudi, ada Om Jovan yang juga tersenyum.
“Silakan masuk, Noah,” kata Om Jovan.
Noah memasuki mobil. Hawa dingin segera menyergap kulitnya. Lantunan tembang lawas tahun ’60-an terdengar dari tape mobil.
“Kita mau kemana ini, Om?” Noah tak bisa menahan diri untuk bertanya.
“Begini, Noah,” ujar Om Jovan. “Aku dan Tante Sania sudah mendiskusikan seputar kehadiranmu di rumah kami yang bisa mengundang kecurigaan. Jadi, kami memutuskan untuk melakukan improvisasi. Jika kamu tidak keberatan, eh, kamu bisa menjalankan tugas sebagai suami sewaan di sini, di dalam mobil ini. Nanti aku akan mengemudi mengelilingi perumahan sebelah. Jika sudah, kita pulang…”
Noah terdiam, terpaku. Dia menatap ke arah Om Jovan yang dengan tenang mengemudi, kemudian menatap Tante Sania yang tersenyum malu-malu. Noah mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Om Jovan. Rupanya mereka menjemputnya supaya Noah bisa bermain cinta dengan Tante Sania, di dalam mobil ini!
“Maksud Om Jovan, aku, kami harus…” Noah tergagap, tak mampu meneruskan kalimatnya.
“Iya, ini satu-satunya cara yang relatif aman. Tentu lusa atau Jumat malam hingga akhir pekan kamu bisa ke rumah dan menginap. Namun di luar itu, kamu bisa menjalankan fungsi sebagai suami sewaan di sini, di mobil ini…”
Noah menelan ludah. Apakah dia akan bercinta dengan Tante Sania di mobil ini?
Bercinta di mobil tentu bukan hal yang baru bagi Noah. Dia telah melakukannya dengan sejumlah perempuan, termasuk dengan mantan pacarnya, Lisa. Namun selama ini, aksi mesra yang dia lakukan hanya melibatkan dua orang, dia dan pasangannya.
Kini situasinya berbeda. Sangat berbeda. Noah akan bermain cinta dengan Tante Sania, sementara suaminya, Om Jovan, berada dalam jarak tidak sampai satu meter di depan, sedang mengemudi!
Noah tak sempat berkata-kata karena tiba-tiba dia merasa jemari Tante Sania menelusuri celananya, berusaha membuka sabuk dan kancing celananya. Sebelum Noah bereaksi, Tante Sania sudah menurunkan celana jins-nya.
Tak mau kepalang tanggung, Tante Sania juga menurunkan celana dalam Noah. Dalam sekejap, ‘senjata’ Noah yang tadinya ‘duduk manis’ kini bangkit dengan gagahnya.
“Kakinya diletakkan di sini saja, Noah,” kata Tante Sania sambil mengangkat kedua kaki Noah ke kursi. Noah kini dalam posisi tertidur di kursi. Tante Sania sendiri berjongkok dan duduk di atasnya.
Tante Sania mengangkat roknya. Rupanya Tante Sania sudah siap tempur karena di balik roknya, dia tak mengenakan apa-apa.
“Aku langsung masukkan ya,” katanya. Dan tanpa menunggu persetujuan Noah, dia mengarahkan ‘senjata’ Noah ke miliknya. Dia menurunkan tubuhnya dan seketika, ‘senjata’ Noah telah terbenam di miliknya.
“Uhhh…”
Tante Sania merintih perlahan. Dia merendahkan tubuhnya, hampir sejajar dengan tubuh Noah. Sementara pinggulnya bergerak maju-mundur.
Noah terdiam. Mau tak mau, dia terpaksa menerima dan menikmati permainan ini, bermain cinta dengan Tante Sania di mobil yang melaju dengan kecepatan sedang.
Noah menatap ke luar jendela, melihat perumahan yang seperti berlari. Melihat para tetangga yang melambaikan tangan pada Om Jovan.
Noah merasakan mobil berbelok. Rupanya Om Jovan sengaja membawa mobil ke kawasan yang tergolong sepi.
Tante Sania terus bergerak. Dia kini memeluk tubuh Noah. Pinggulnya terus bergerak.
“Bentar lagi kita akan mendekati lampu merah. Sebaiknya jangan terlalu bergoyang,” terdengar Om Jovan berbicara.
Noah menarik napas panjang, mengamati betapa anehnya situasi yang sedang terjadi saat ini. Ada Tante Sania yang sedang menggoyang tubuhnya. Dia menggoyang Noah tak jauh dari suaminya yang mengemudi.
Jika tidak mengalaminya sendiri, Noah tidak akan percaya. Ada suami yang menyetir mobil, dan tepat di belakangnya, istrinya yang cantik sedang bergulat memadu asmara dengan lelaki lain.
Namun, tekad dan kesungguhan hati Om Jovan untuk mempertahankan keluarganya patut diacungi jempol. Demi menjaga keutuhan rumah tangga, demi sang istri yang menuntut penyaluran dalam soal asmara, Om Jovan bersedia menjadi sopir dan mendengar, bahkan mungkin mengintip melalui kaca spion, bagaimana istrinya menggoyang lelaki lain tepat di belakangnya.
Tante Sania memperlambat gerakan tubuhnya begitu mobil berhenti di lampu merah. Mereka tetap berpelukan dalam posisi tidur. Dengan posisi ini, mereka relatif tidak terlihat oleh pihak di luar mobil.
Memang, mobil milik Om Jovan memiliki kaca hitam. Namun, bagaimanapun, karena ini sudah malam, bisa saja cahaya lampu menyorot hingga ke dalam mobil. Dalam posisi tidur di kursi, mereka relatif tidak terlihat.
Begitu mobil kembali melaju, Tante Sania kembali bergoyang. Dia terus bergoyang hingga dia merintih dan menjerit tertahan. Beberapa kali. Hingga dia terkulai lemas.
Tante Sania beristirahat selama beberapa menit, dan kemudian dia kembali bergoyang. Masih dalam posisi yang sama.
Noah melihat sekeliling. Rupanya Om Jovan membawa mereka ke jalanan utama, tenggelam bersama hiruk-pikuk lalu lintas Jakarta. Mereka menjadi bagian dari Jakarta yang sibuk di waktu malam. Tak ada yang tahu, kalau di antara ratusan atau ribuan mobil yang lalu lalang, ada satu mobil yang berisi perempuan cantik yang sedang memadu kasih dengan seorang pemuda, tepat di belakang suaminya.
Tante Sania terus bergoyang. Sambil bergoyang, bibirnya mencari bibir Noah. Mereka berciuman panas. Bunyi kecupan sesekali terdengar nyaring, berpadu dengan lagu mendayu-dayu dari tape mobil.
“Kita sudah dekat perumahan nih. Gimana, kita muter lagi atau balik?” tanya Om Jovan.
“Muter lagi, Om. Udah tanggung nih…” jawab Tante Sania.
Mobil terus melaju dan terus melaju hingga Tante Sania menjerit panjang.
Beberapa menit kemudian, mereka kembali ke perumahan. Om Jovan menurunkan Noah di tempat dia naik, yaitu di lapangan dekat gardu. Di lokasi yang sepi dan agak gelap.
“Terima kasih, Noah,” kata Tante Sania.
“Nanti aku telepon ya?” kata Om Jovan.
Sejak saat itu, Noah resmi menjadi suami sewaan untuk Tante Sania. Hingga kini, dia masih menjalani peran itu.
Tentu saja, tak ada yang tahu soal ini. Selain Noah, Om Jovan, dan Tante Sania, tak ada yang tahu, atau curiga soal peran Noah sebagai suami sewaan.
Untuk menghindari kecurigaan, Noah mendatangi kediaman mereka hanya sewaktu-waktu. Selain bercinta di dalam mobil yang diparkir di tempat sepi, mereka juga bercinta di luar pulau Jawa. Biasanya, mereka pergi dengan pesawat yang berbeda dan check-in di hotel yang sama pada waktu yang berbeda. Tante Sania kemudian mendatangi kamar Noah atau sebaliknya.
Sebagaimana yang disarankan Om Jovan, Noah hanya menjalankan perannya sebagai suami sewaan di luar pulau Jawa. Terkadang di Bali, Batam, Balikpapan, Medan, Manado, dan Makassar. Masalah dana tidak menjadi masalah bagi mereka.