Rintihan di Asrama Putri - Bab 6
“Saya akan beritahu kalau kamu coba mencabul saya,” ujar Safira sambil menggenggam kuat penis Rizky.
“Ahhh. Aduh.. Aduh. Jangan.. Jangan lapor!” jawab Rizky pasrah.
“Jadi… Kamu harus ikut kata-kata saya. Oke?” Wajah nakal Safira tersenyum ceria.
Safira menuju ke pintu masuk dan mengunci pintu. Sepatu Rizky disembunyikan ke dalam kotak di samping pintu, khawatir kalau ada yang masuk ke ruangan. Safira lalu kembali ke arah Rizky yang berdiri kaku. Mata berkedip nakal dan Safira pun berlutut di depan Rizky. Kancing dibuka dan ritsleting diturunkan lalu celana dilucuti. Safira mengusap-usap penis keras yang masih dibalut celana dalam putih.
“Kamu rileks saja, ya?” ujar Safira sambil menatap mata gugup Rizky. Lalu ditanggalkan celana dalamnya dan terpacaklah penis keras itu. Bibir Safira terkepal melihat penis di depan matanya itu, hampir meleleh air liurnya. Safira mulai memegang batang penis itu dan mengusap perlahan-lahan sambil menghirup aromanya sepuasnya. Dicium-cium penis itu dari kepala hingga pangkal.
Rizky gemetar menahan kenikmatan. Seakan-akan tidak percaya gadis seayu dan sesopan Safira sedang berlutut bermain dengan penisnya. Pertama kali merasakan nikmat tangan seorang gadis memegang kemaluannya. Melancap pun jarang-jarang, hanya ketika tidak mampu menahan nafsu.
Setelah puas mencium dan menghirup, Safira pun langsung memasukkan penis ke dalam mulutnya. Rizky melongo, tak menyangka Safira akan menghisap penisnya. Suaranya terlepas karena terlalu nikmat, “AHHH. HMMMM~”
Pertama kali juga Rizky merasakan nikmat blowjob. Ratusan kali lebih nikmat dari melancap menggunakan tangan. Lututnya bergoyang-goyang seperti hendak terjatuh. Safira yang sedang asyik mengulum tidak menghiraukan keadaan Rizky.
“Ahhh, Safirass. Sssss. Ahhh. Saya… Ahhh. Saya mau terjatuh,” kata Rizky tersekat-sekat.
Awalnya Safira mengabaikan rayuan Rizky. Dihisap-hisap penis itu dengan rakus. Saat asyik menghisap, Rizky tiba-tiba hampir terjatuh. Untung dia sempat berpegangan pada meja, sehingga penisnya terlepas dari mulut Safira.
“Hmm kan saya sudah bilang. Mau terjatuh,” kata Rizky malu.
“Ish kamu ini. Pergilah duduk di kursi itu. Cepat!” arah Safira tegas. Nafsu Safira terganggu.
Begitu Rizky melabuhkan punggungnya, Safira langsung berlutut di celah kakinya dan mencapai penis Rizky lalu melanjutkan hisapan. Kali ini lebih rakus. Tangannya mengocok-ngocok batang itu sambil sesekali meremas kantung testis Rizky.
Rizky yang tersandar hanya bisa mendesah, “Safirasss. Ahhh. Safirassss enak banget.”
Safira tidak menghiraukan panggilan Rizky. Rindunya pada penis dilepaskan sepuasnya. Meski penis Rizky tidak sepanjang Fahmi, namun ini sudah cukup. Penis tetap penis. Tangannya memutar-mutar saat mengocok penis Rizky.
Tangan Rizky mulai memegang kepala Safira. Dia bisa merasakan penisnya akan memancurkan benih tak lama lagi. Rizky mencoba mendorong kepala Safira perlahan, namun Safira tetap keras kepala tidak mau melepaskan.
“Safirasss. Ahhhh. Please, Safirasss. Hmmm ssssss ahhh. Kalau… terus begini… nanti saya… ahhhhh… terpancuttt…” Rizky sudah tidak bisa berbicara dengan lancar. Matanya hampir terpejam karena nikmat, merasa seperti di awang-awang.
Semakin lama Safira semakin cepat menghisap. Kepala Safira terangguk-angguk mengerjakan penis Rizky. Penis semakin mengembang. Dia tahu Rizky akan memancurkan benihnya sebentar lagi. Safira semakin cepat menghisap sambil tangannya menggoncang dan memutar penis.
Batang Rizky begitu licin dengan air liur Safira yang menetes. Rizky sudah tidak tahan lagi. Pantatnya terangkat, mengejutkan Safira ketika penis Rizky menujah lebih dalam ke mulutnya.
“AHHHHHHH. SafiraSSS. AHHHHHH!” teriak Rizky sambil memancurkan air maninya ke tenggorokan Safira. Matanya terpejam, merasakan nikmat klimaks hingga ke kepala.
Safira mencoba menahan semburan air mani Rizky namun tidak mampu. Dilepaskan penis dari mulutnya, air mani Rizky melimpah ke bibir dan dagu. Safira cepat-cepat menahan air mani tersebut dengan jari dan memasukkannya kembali ke dalam mulutnya.
Rizky yang sudah membuka mata melihat Safira yang berada di celah kakinya. Terkejut melihat Safira menakung air maninya di dalam mulut. Safira sengaja menunggu Rizky melihatnya begitu, kemudian menelan semuanya dalam sekali telan.
Rizky menggeleng-gelengkan kepala melihat aksi yang baginya menjijikkan namun membuatnya terangsang. Belum sempat dia melepaskan lelah, Safira kembali mengulum penisnya yang setengah tegang. Terasa ngilu penisnya dihisap setelah klimaks.
Safira menjilat keseluruhan batang Rizky, membersihkan sisa-sisa air mani. Sayang jika dibuang begitu saja. Lagi pula, air mani Rizky sangat kental dan lezat. Mungkin jarang dikeluarkan, pikirnya.
“Ok, sudah,” ujar Safira tersenyum puas sambil bangun dari berlutut.
“Ermm… Errr… Ok,” jawab Rizky yang masih sulit mempercayai apa yang baru saja terjadi. Rizky menaikkan kembali celana dalam dan celananya. Tali pinggang dikencangkan dan dia pun bangun dari kursi.
Tiba-tiba Safira mencium bibirnya lama. Rizky yang tidak pernah mencium siapa pun sebelumnya kaku tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Safira melepaskan bibirnya dan tertawa.
“Kamu belum pernah mencium perempuan, ya?” tanya Safira.
“Errr… Tidak,” jawab Rizky singkat.
“Jadi tadi juga pertama kali?” tanya Safira sambil menahan tawa.
“Errr. I.. Iya. Pertama kali,” jawab Rizky sambil menundukkan kepala malu.
“Hehe. Ok lah. Saya pulang dulu, ya?” kata Safira sambil menutup laptopnya dan memasukkan semua barang ke dalam tas ranselnya. Rizky hanya berdiri melihat Safira berkemas.
“Ok Pejal, baiii,” Safira melambai tangan tersenyum dan menuju ke pintu. Sepatu dipakai dan pintu dibuka. Safira cepat berlalu tanpa sedikit pun menghiraukan Rizky.
“Bye,” jawab Rizky terlambat. Otaknya sedang bercelaru memproses dan memahami apa yang baru saja terjadi. “Mustahil.” Rizky masih belum bisa menerimanya.