Rintihan di Asrama Putri - Bab 5
Di sebuah kamar di lantai 1 gedung kampus, seorang pria sedang asyik menatap layar laptop, memeriksa beberapa dokumen. Sebelumnya, Safira meminta tolong padanya untuk melihat kertas kerja sambil Safira keluar membeli minuman.
Sedang asyik membaca butir-butir di dokumen tersebut, matanya tertuju pada taskbar di bagian bawah dan mendapati ada beberapa folder yang terbuka. Entah dari mana datang rasa ingin tahunya, dia pun meninjau folder tersebut. Selain file kerja, ada satu folder yang berisi beberapa album foto.
Timbul rasa nakal untuk memeriksa album tersebut. Siapa tahu dia bisa melihat foto-foto pribadi Safira. Dia menoleh ke arah pintu. Mungkin Safira akan lambat tiba di kamar. Lagi pula, layar laptop ini menghadap ke pintu masuk. Kalau Safira tiba-tiba masuk, dia bisa dengan cepat menutup folder album.
Begitu album pertama dibuka, matanya terbelalak melihat isinya. Tangannya gemetar. Keringat mulai mengalir di kepalanya meskipun ruangan itu dingin.
“GAMBAR BUGIL Safira??!”
…
Setiap hari Sabtu, semua mahasiswa di kampus diwajibkan menghadiri kegiatan orgSafiraasi. Tidak masalah jenis kegiatan apa pun yang dilakukan mahasiswa asalkan ada catatan agar bisa diberi nilai.
Sebagai sekretaris di Klub Konseling dan Karier (KKK), hari orgSafiraasi merupakan hari yang padat. Tidak hanya harus menyusun kegiatan mingguan untuk mahasiswa, tetapi Safira juga harus merencanakan program besar untuk orgSafiraasi. Kampus memberi kelonggaran kepada orgSafiraasi apakah ingin mengadakan kamp motivasi, seminar, kunjungan studi, atau program lain.
KKK memutuskan untuk mengadakan kunjungan studi di Kuala Lumpur. Maka dari itu, Safiralah yang paling sibuk di klub mengurus program ini sebagai sekretaris. Klub menunjuk beberapa anggota panitia untuk membantu melancarkan program.
Rizky, teman sejurusan dengan Safira, juga ikut dalam panitia sebagai AJK Program & Protokol. Dia bertanggung jawab memilih tempat yang akan dikunjungi anggota klub nanti. Jadi Rizky bekerja sama dengan Safira yang harus menyiapkan semua dokumen untuk dikirim ke tempat yang akan dikunjungi.
Setiap minggu, setelah kegiatan klub selesai, semua panitia mengadakan pertemuan untuk menyampaikan progres. Mengingat hanya tinggal sebulan lagi sebelum program, Safira dan panitia lain harus lebih teliti dan cermat merencanakan perjalanan mereka.
Setelah 2 jam pertemuan berlangsung, satu per satu panitia pamit pulang. Yang tertinggal hanya Safira dan Rizky. Mereka harus menyelesaikan surat dan kertas kerja terakhir yang perlu dikirim minggu depan.
Selama 2 bulan, mereka sering menghabiskan waktu bersama dan mulai merasa nyaman satu sama lain. Rizky merasa sangat beruntung bisa mengenal Safira lebih dekat. Safira yang terkenal pemalu dan sopan memang menjadi incaran banyak mahasiswa di kampus. Sebab itu, Rizky merasa sangat beruntung bisa bekerja sama dengan Safira dan mengenal pribadinya lebih dalam.
Meskipun setiap minggu mereka berduaan, tidak pernah terjadi hal di luar batas. Rizky sangat menghormati Safira yang dianggapnya sangat alim dan berjilbab panjang. Dia sendiri tidak terlalu religius, tetapi tetap menjaga halal haram dan tahu Safira pun sangat menjaga dirinya.
“Pejal, Safira mau beli air sebentar ke koperasi. Kamu mau titip apa?” tanya Safira sambil merapikan meja yang berantakan.
“Hm boleh juga. Belikan saya kopi panas di mesin penjual otomatis sebelah koperasi, bisa?” jawab Rizky yang sebenarnya dari tadi menahan dinginnya AC ruangan.
“Ok. Tunggu sebentar ya? Sambil-sambil tolong lihat kertas kerja ini, siapa tahu ada yang salah,” pinta Safira. Rizky segera bangun dari kursinya dan menuju ke laptop Safira di meja. “Ok, no problem.”
Safira pun keluar dari ruangan, meninggalkan Rizky sendirian. Di luar pintu, Safira tersenyum nakal. Dalam hatinya berharap rencananya hari ini berhasil.
Sebenarnya sudah lama Safira merencanakan sesuatu yang nakal. Sejak minggu ke-3, Safira mulai sadar bahwa Rizky sebenarnya cukup menarik. Tidak terlalu tampan, tetapi tubuhnya cukup kekar dan tinggi. Kulitnya yang sawo matang menambah kesan maskulin. Seringkali Safira membayangkan penis Rizky di dalam mulutnya. Dan setiap kali itu pula vaginanya basah.
Sengaja dia membuka folder album pribadinya di laptop itu. Safira ingin Rizky melihat isi album tersebut dan terangsang padanya. Safira agak kecewa karena Rizky tidak pernah mengambil kesempatan padanya meskipun mereka sering berduaan. Kali ini, Safira tidak tahan lagi dan merencanakan sesuatu yang drastis.
…
Rizky seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Safira yang berjilbab panjang, cantik, mSafira, dan sopan itu memiliki foto bugil di laptopnya. Berbagai pose menggoda dan vulgar diambil. Rizky semakin berkeringat. Air liurnya ditelan berkali-kali. Penisnya kini keras menegang di balik celananya.
“Fuh, rezeki aku niiii. Tak sangka sundal juga Safira ini rupanya,” gumam Rizky dalam hati.
Album demi album dibuka. Dari foto di atas ranjang hingga foto di kamar mandi. Close-up lubang vagina, remasan payudara, senggolan jari di dalam vagina, semua jenis gaya ada. Rizky menggosok-gosok penisnya perlahan. Seakan-akan mau meledak akibat terlalu tegang.
Sedang asyik menikmati foto-foto vulgar itu, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Terlihat Safira memasuki ruangan sambil membawa kantong plastik dan secangkir kopi.
Kelabakan, Rizky menutup folder vulgar itu dan membuka kembali dokumen kertas kerja tadi. Berpura-pura bekerja.
“Assalamualaikum. Ini kopi pesananmu, Pejal,” senyum Safira sambil menyerahkan kopi panas itu kepada Rizky.
“Waalaikumussalam. Ter… terima… terima kasih, Safira,” jawab Rizky gagap.
Tangannya gemetar menerima kopi. Mulutnya tersenyum kecut. Imej bugil Safira masih segar dalam ingatannya. Rizky bangun memberi ruang kepada Safira duduk di tempatnya.
Rizky kini berdiri di sebelah Safira. Matanya menjilat tubuh Safira. Kini jilbab panjang Safira itu tidak lagi mampu menyembunyikan payudaranya. Sebelum ini, Rizky tidak pernah memperhatikan payudara Safira. Namun kini semuanya seakan terungkap.
Safira yang duduk di sebelah Rizky mulai menyadari benjolan di celana Rizky. Bibir diketap geram. Ingin sekali dia mencoba memegang benjolan itu. Safira pun melanjutkan rencananya.
“Sudah periksa dokumen ini?” tanya Safira sambil mengetik tetikus membuka dokumen.
“Errr… sudah, sudah,” jawab Rizky gagap.
“Tidak ada masalah, ya?” tanya Safira lagi.
“Insya Allah tidak ada,” jawab Rizky gugup.
Safira membuka File Explorer di layar dan menekan Quick Access di sebelah kanan atas untuk melihat recent files. Terlihat deretan file foto bugil Safira di bawah tanda file itu baru diakses.
Mata Rizky terbuntang melihat deretan file itu. Keringatnya mengucur deras. Dia lupa menghapus file di Quick Access! “Matilah aku!” jerit Rizky dalam hati karena ketahuan.
Safira tertunduk sambil bertanya, “Hmm. Kamu buka file pribadi saya, ya?”
“Bu… buat apa?” jawab Rizky cemas. Ingin rasanya dia melarikan diri sekarang.
“Kamu buka file pribadi saya?” tanya Safira seraya menoleh ke arah Rizky. Matanya tajam, kening berkerut. Safira mencoba membuat wajah garang seakan marah dengan perbuatan Rizky.
Rizky melangkah mundur. Kakinya ingin melangkah lari keluar, tapi tidak berdaya. Lututnya gemetar. Rizky mencoba menyangkal, “Ma… mana ada!”
“Kalau begitu, ini apa?” Safira memegang benjolan keras di celana Rizky. Alangkah terkejutnya dia ketika pen**snya digenggam kuat oleh Safira.
“Kenapa keras ini?” tanya Safira lagi sambil menggosok-gosok pen**s Rizky. “Kamu lihat ini tadi?” lanjut Safira sambil menekap tangannya di payudara. Tersembul dua bukit di balik jilbab panjangnya.
Menyadari pen**s Rizky semakin mengeras, Safira semakin galak meremas payudaranya.
“Kamu mau saya laporkan ke dosen? Kalau begini, saya rasa mereka lebih percaya saya daripada kamu,” ancam Safira.
“Ahhh. Hmm, mau… lapor apa?” tanya Rizky yang semakin kehilangan kendali.