Rintihan di Asrama Putri - Bab 3
“Arghhh, stres banget aku!” teriak Alya begitu mereka keluar dari kelas. Hanya beberapa orang siswa yang masih di dalam kelas, berbincang mengenai soal kuis yang baru saja selesai.
“Kenapa lagi nih?” tanya Safira meskipun dia sudah tahu apa yang membuat temannya itu khawatir.
“Ada beberapa soal yang aku nggak bisa jawab tadi. Padahal semalam udah belajar soal itu,” keluh Alya.
“Alaa. Jangan khawatir. InsyaAllah kita bisa lulus,” hibur Safira sambil menepuk-nepuk bahu Alya perlahan.
“Kamu lain lah. Pandai. Aku ini biasa aja,” ujar Alya yang masih khawatir.
“Enggak lah. Jangan risau ya. Yuk, aku traktir cendol favorit kamu di kantin,” ajak Safira lagi.
“Eh, nggak usah Fir. Aku sebenarnya ada janji sama Irwan habis ini. Dia bilang mau ajak aku ke kota cari barang,” tolak Alya.
“Ohhh… Dating ya?” canda Safira sambil mencubit pinggang Alya membuat Alya melompat geli.
“Janganlahhh. Jeles ya? Hehehe. Pacar kamu kan jauh di Bekasi sana,” balas Alya menggoda.
“Ishh udahlah. Pergilah. Aku bisa makan sendiri,” jawab Safira dengan nada merajuk.
“Alaa merajuk deh. Hehe. Oke, aku pergi dulu ya. Byeee!”
“Yaa. Byeee!”
Safira memerhatikan kawannya itu berjalan pergi. Sudah biasa ditinggalkan sendirian. Meskipun kadang-kadang cemburu, tetapi Safira sudah terbiasa. Beruntung Alya punya pacar yang selalu ada untuknya. Berbeda dengan Safira yang menjalani hubungan jarak jauh dengan pacarnya.
Safira mengambil ponselnya dari dalam tas dan membuka aplikasi WhatsApp. Nama ‘Hubby’ yang tertera di layar ditekan.
Bang. Ayang udah selesai kuis nih. Abang lagi ngapain?
Pesan dikirim. Safira melanjutkan perjalanannya ke kantin. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Tidak sempat sarapan pagi tadi karena kesiangan bangun.
…
Selesai makan, Safira berjalan pulang menuju asrama. Dalam perjalanan, ponselnya berbunyi menerima notifikasi. Pesan WhatsApp dibuka.
Sorry sayang. Abang baru selesai kelas nih. Jam 12 nanti sampai rumah.
Safira tersenyum nakal setelah membaca pesan tersebut. Itu tandanya mereka akan punya waktu luang bersama siang ini. Safira pun membalas pesan tersebut.
Ayang sendirian nanti. Alya keluar sama pacarnya.
Oh ya? Hehe.
Iya sayang.
Hehe. On nggak on?
Safira menggigit bibirnya membaca pesan terakhir. Lantas dia cepat-cepat membalas.
Jom?
Jommm.
Setibanya di kamar, Safira langsung membuka tudung dan pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kurang dari 15 menit sebelum jam 12 siang. Dia tidak mau terlambat. Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama.
Selesai mandi, Safira mengenakan t-shirt muslimah warna merah jambu berlengan hitam. Skirt hitam panjang juga dikenakan. Dan Safira tidak memakai apa-apa di balik bajunya itu. Tudung panjangnya dikemas rapi.
Pintu kamar dikunci. Jendela ditutup rapat dan diselak. Safira menarik kursi dari meja belajar dan diletakkan di sebelah ranjangnya. Laptop dikeluarkan dari lemari dan diletakkan di atas kursi tadi. Laptop diatur menghadap ranjang. Earphone juga sudah dicucukkan.
Setelah semuanya siap, Safira menyalakan laptop dan membuka aplikasi WhatsApp. Melihat pacarnya sudah ‘online’, Safira pun menekan ikon video. Beberapa dering kemudian, panggilan video dijawab.
“Abangggg. Hehe.”
“Hai sayang. Cantiknya kamu hari ini.”
“Hehe. Muahhh. Kangen banget sama abang.”
“Iya sayang. Abang juga. Udah lama kita nggak video call, ya?”
“Ya. Sorry ya. Ayang lagi sibuk. Muahhh.”
“Tidak apa sayang. Muahhhh.”
“So?”
“So apa?”
“Alya keluar sama pacarnya. Jam 2 nanti ayang ada kelas.”
“Ohhh sendirian ya sekarang?”
“Iya. Hmmmmm.”
“Hmmm kenapa tuh.”
“Tidak banyak waktu ini. Jangan pura-pura nggak tahu.”
“Hehe. Ya udah. Jommm.”
Safira berbaring miring menghadap laptopnya. Begitu juga dengan Fahmi. Mereka seakan-akan berbaring bersebelahan. Posisi ini membangkitkan gairah bagi pasangan ini. Tudung panjangnya diselak sedikit ke atas supaya Fahmi bisa melihat payudaranya.
“Itu apa yang menonjol tuh?” tanya Fahmi nakal.
“Hmm mana yang menonjol?” balas Safira dengan nada nakal.
Puting Safira yang keras menegak menampakkan tonjolan di dada bajunya. Perlahan-lahan Safira meremas payudaranya sambil memutar-mutar putingnya.
“Arhhhh. Hmmmm,” erang Safira.
Di layar video sebelah sana, Fahmi sudah mulai menggosok penisnya yang menegang di balik boxernya. Terangsang dengan gaya erotis pacarnya yang kini sudah dikuasai nafsu.
Ramasannya bertambah kuat. Kini kedua belah tangan Safira memijat-mijat putingnya bergantian dengan meremas payudaranya. Mulutnya tidak berhenti mengeluarkan suara erangan.
“Ahhhh abanggg. Ramas payudara ayang please. Hmmm.”
“Iya sayang. Abang ramas nih. Hmmmm.”
“Sayang… Buka dong. Mau lihat payudara itu.”
“Oke abang.”
Baju muslimah yang dipakai Safira memiliki 3 kancing di tengah. Satu per satu kancing dibuka. Fahmi menunggu dengan nafsu sambil penisnya digosok cepat di luar boxer. Selesai kancing terbuka, Safira menyelak bajunya mengeluarkan payudaranya yang montok.
Safira melanjutkan meremas payudaranya. Terasa lebih nikmat bila tidak dilapisi kain. Putingnya dipencet-pencet kuat. Semakin kuat dipencet, semakin terangsang. Nafsu sudah memuncak. Gairahnya tak lagi bisa ditahan.
“Abanggg. Mau penisnya.” Tanpa ragu, Fahmi melepas boxernya dan penisnya pun terdedah.
“Kangen penis abang. Hmm mau hisap.”
“Hisap aja sayang.”
Fahmi mendekatkan batangnya ke kamera. Kini di layar laptop Safira tampak batang penis yang keras. Safira pun merapatkan mulutnya ke layar dan membuat gerakan menjilat.
“Ahhh sayang. Nikmatnya sayang jilat.”
Lidah Safira semakin rakus mendengar kata-kata Fahmi. Dijilat-jilat bibirnya atas bawah membayangkan seperti penis Fahmi berada di dalam mulutnya. Sungguh seksi dan erotis Fahmi melihat gaya Safira di layarnya. Walaupun hanya secara maya, tetapi kenikmatannya tetap terasa.
Kemudian Safira kembali berbaring di atas ranjang dengan telentang. Nafasnya pendek. Bukan karena lelah tetapi karena asyiknya melayani nafsu. Dadanya berombak mengikuti irama nafas. Skirtnya ditarik ke atas.
Tampaklah vagina yang mulai berkilat. Kesan cairan gairah yang melimpah saat blowjob maya tadi. Perlahan-lahan alur vaginanya dielus. Jari telunjuknya licin meluncur mengikuti alur. Terasa seperti tersengat saat klitorisnya tersentuh.
“Ahhhhh,” Safira mendesah manja.
Fahmi di sebelah sana sudah tidak keruan. Tayangan erotis milik pacarnya membuat penisnya semakin keras. Titik cairan mazi mulai keluar dari ujung kepala penis. Nikmat.
“Abanggg. Gesek penis di vagina ayang.”
“Oke sayang.”
Safira bangun dari pembaringan. Badannya bersandar di dinding dan dia mengangkang di depan laptop. Bibir vagina mulai terbuka menampakkan alur yang basah. Lubangnya terlihat mengembang dan menguncup menahan gairah. Fahmi juga duduk berlutut di depan laptopnya. Seakan-akan posisi missionary.
“Abang gesek ya sayang…”
“Hmmmm…”
Fahmi mulai mengayun ke depan dan ke belakang. Membayangkan batang penisnya bergesek dengan vagina Safira. Sementara Safira mulai menggosok vaginanya ke atas dan bawah. Juga membayangkan jarinya itu sebagai batang penis Fahmi yang menggesek vaginanya. Suara mereka mulai erangan serentak.