Rintihan di Asrama Putri - Bab 21
Jari dibengkokkan dan ditarik-tarik di dinding atas lubang vagina, tepat mengenai G-Spot Safira. Safira merintih ketika Fahmi semakin laju mengoreknya. Suara berdecak semakin nyaring seiring dengan gerakan jari dan tangan Fahmi.
“Abanggggg… Arghhhhh… Ayanggg mau sampaiii….,” raung Safira dan badannya terangkat menolak ke atas. Jari dikeluarkan dan terpancutlah cairan vagina Safira deras ke wajah Fahmi.
Safira tersengal-sengal mengambil napasnya. Rangsangan dari Fahmi memang luar biasa walau hanya menggunakan jari. Terasa geli vaginanya saat Fahmi mulai menjilat sisa cairan yang masih keluar. Punggungnya bergetar-getar saat dia mencoba menenangkan dirinya.
Mata Vania terbuka lebar melihat temannya mencapai klimaks. Sama seperti yang dialaminya pagi tadi. Pantas saja Safira bisa memuaskannya hanya dengan jari. Ternyata dia belajar dari pacarnya teknik hebat itu.
Belum sempat Safira menenangkan diri, Fahmi naik ke ranjang dan berlutut di samping wajah Safira. Safira pun mengerti apa yang Fahmi inginkan. Tanpa diperintah, Safira menopang tubuhnya dengan siku dan membuka celana Fahmi yang masih dipakai. Tali pinggang dilepas dan kancing celana jeans dibuka. Perlahan-lahan Safira menurunkan resleting lalu melorotkan celana ke bawah. Fahmi membantu dengan mendorong celananya hingga ke kaki.
Tinggal celana dalam yang tersisa. Terlihat jelas tonjolan besar di balik celana dalam biru itu. Vania memperhatikan bahwa tonjolan itu cukup besar. Vania pun tak sabar untuk melihat apa yang ada di dalamnya.
Safira meraba-raba penis Fahmi dari luar celana dalam. Jarinya menjelajahi setiap lekuk yang menonjol, memberi gambaran kepada Vania bahwa penis Fahmi cukup besar. Safira mencium penis sepuas-puasnya dan menggigit manja sebelum menarik celana dalam ke bawah.
Terkeluarlah batang penis Fahmi yang setengah ereksi dari sarangnya. Mata Vania terbelalak melihat ukuran penis Fahmi. Cukup besar tapi tidak sepanjang Jasmin. Pertama kali dia melihat penis yang begitu gemuk. Tanpa sadar, air liurnya hampir menetes. Cepat-cepat Vania menelannya.
Safira mencium-cium penis Fahmi tanda rindu. Dari pangkal hingga ke kepala. Dicengkeramnya batang itu lalu dikocok perlahan. Dia menjilat kepala penis Fahmi terlebih dahulu lalu memasukkannya ke dalam mulut. Sudah biasa dengan penis gemuk, Safira langsung memasukkan hampir separuh. Kemudian Safira mulai mengulum masuk dan keluar dengan nyaman. Kadang-kadang mulutnya berhenti saat menghisap dan memainkan lidahnya di sekeliling batang.
Kemudian Safira memasukkan batang penis Fahmi dengan perlahan, dikemam ketat lalu dilepas dengan cepat. Pup! Berbunyi saat Safira melepaskan mulutnya. Teknik itu diulang berkali-kali.
Fahmi merasa sangat nikmat saat penisnya dimainkan oleh Safira. Secara otomatis panggulnya mengayun mengikuti rangsangan mulut yang diterimanya. Safira pun menekan panggul Fahmi, memaksa batang penis masuk lebih dalam. Kali ini seluruh batang Fahmi terbenam di dalam mulut Safira.
Lalu Fahmi mulai mendayung. Dihenjut mulut Safira dengan cepat sementara Safira membuka mulutnya seluas mungkin. Kepalanya ditekan oleh tangan Fahmi agar posisinya tetap tidak berubah. “Gukk.. gukk.. gukkk..,” suara hentakan terdengar. Sedikit air mata Safira menetes menahan asakan di mulutnya. Terasa puas saat tenggorokannya dijolok dengan cepat.
Namun, Fahmi tidak cukup puas dengan mulut saja. Dia mengeluarkan batangnya dan mendorong Safira berbaring. Dia berlutut di antara paha Safira dan melipat kakinya ke atas. Digesek-gesek terlebih dahulu penisnya di sepanjang alur vagina.
Safira menggeleng-gelengkan kepala karena geli saat diperlakukan seperti itu. Tak tahan rasanya, ingin penis Fahmi segera masuk ke dalam lubangnya. Safira pun memegang batang penis dan memandunya masuk. Sedikit demi sedikit kepala penis Fahmi terbenam. Agak lama mereka tidak bersama, maka terasa sedikit ketat.
Dengan perlahan, Fahmi memasukkan seluruh batangnya ke dalam vagina Safira. “Ahhhhh abangggg… Urghhhh… Sudah lama tidak merasakan penis enak iniii…,” ujar Safira begitu batang itu berendam di dalam lubangnya.
Fahmi menurunkan badannya dan mencium bibir Safira, membiarkan sejenak penisnya di dalam lubang. Saat mereka asyik berciuman, Fahmi mulai mendayung. Safira mengerang sambil dalam ciuman Fahmi. Dia suka diperlakukan seperti itu. Terasa seperti disayangi.
Dayungan semakin cepat. Safira mulai meracau. Fahmi melepaskan mulut Safira dan fokus pada dayungan. Dipeluknya kaki Safira dan dihentakkan penisnya ke vagina. Posisi itu membuat lubang vagina Safira semakin ketat. Safira menjerit saat merasakan lubangnya penuh, dijolok dengan cepat pula.
Sebenarnya Fahmi juga merasakan posisi itu sangat mengasyikkan. Tapi dia harus bertahan dan memuaskan Safira terlebih dahulu. Lalu dia mempercepat hayunan agar vagina Safira mendapat lebih banyak rangsangan.
“ABANGGG… ABANGGGGGG… HNNGGHHHHH……,” Fahmi mengeluarkan penisnya saat Safira meracau, karena saat itulah Safira mencapai klimaks dan memancutkan cairan vaginanya. Punggung Safira bergoyang-goyang mengeluarkan cairan yang begitu banyak. Setelah reda, Fahmi memasukkan kembali penisnya dan mengayun cepat.
“Ahhhhhhh ahhhhhhrgghhh abangggggg…” jerit Safira lagi karena merasa sangat geli. Beberapa kali tusukan lagi, cairannya memancut lagi. Fahmi membiarkan Safira menikmati klimaksnya. Setelah itu dijolok kembali. Semua itu diulang sebanyak lima kali. Dan lima kali juga Safira memancutkan cairannya.
Vania menggeleng tidak percaya bahwa Safira bisa klimaks sebanyak itu. Enak banget ya penis Fahmi? Pikirannya mulai membayangkan penis gemuk itu menjelajahi vaginanya.
Safira agak lemah dikerjakan oleh Fahmi. Namun Fahmi masih belum mau berhenti, lalu dia memutar badan Safira dan mengangkat punggungnya tinggi. Safira tahu pacarnya ingin doggie. Walaupun lemah, dia tetap menurut dan menungging.
Punggungnya diremas dan ditepuk keras. Safira menjerit kesakitan, tapi kesakitan yang menggairahkan. Dia pun tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
Fahmi mengarahkan batangnya tepat ke lubang dan menghujamkannya dalam-dalam. “Urghhhhhhh,” erang Safira sambil mendongakkan kepalanya. Posisinya dekat dengan Vania yang sedang duduk di ujung kasur. Safira lalu memandang Vania dengan tatapan penuh khayal dan tersenyum. Vania bisa melihat wajah Safira yang sangat puas dan lelah. Dia sendiri belum pernah merasakan hal seperti itu.
Sesi doggie dimulai dengan Fahmi yang mulai menghentak cepat ke vagina Safira. Suaranya lebih nyaring kali ini. Pantat Safira bergetar menerima hentakan dari Fahmi. Erangan Safira mengikuti irama hentakan, “Ahhh! Ahhh! Ahhh! Ahhh!”
Cukup lama Fahmi menjolok Safira dari belakang, Safira mulai merasa lelah. Tubuhnya seolah ingin rebah. Tapi dia tahu Fahmi belum puas. Safira harus melayani Fahmi sampai selesai. Safira meraih tangan Vania dan menggenggamnya. Vania membalas genggaman itu seakan memberi Safira semangat untuk bertahan.
Melihat Safira yang semakin lelah, Fahmi merapatkan tubuhnya dan tangan memaut bahu Safira. Posisi ini membuat batang Fahmi masuk lebih dalam dan Safira merasa lebih nikmat. Fahmi menghentak sekuat tenaga dan Safira meracau. Seperti orang gila, Safira menjerit sambil mendongakkan kepalanya ke atas. Mata hitamnya tidak lagi terlihat.
Semakin cepat Fahmi menghentak, semakin kuat Safira meracau. Lama-kelamaan tubuh Safira mulai rebah sedikit demi sedikit. Akhirnya, Safira jatuh terbaring puas. Batang Fahmi terlepas dari lubang vaginanya karena pantat Safira sudah jatuh ke bawah.
Terlihat cairan dari vagina Safira mengalir deras, vaginanya terkemut-kemut. Matanya terpejam seperti tertidur kelelahan. Tapi Fahmi tidak berhenti sampai di situ. Dalam posisi berbaring tengkurap, Fahmi menjolok kembali vagina Safira yang masih terkemut itu. Pantatnya yang tidak terlalu besar memberi ruang bagi Fahmi untuk menjolok dari tengah.
Mata Safira terbuka lagi saat merasakan batang masuk ke dalam vaginanya. Fahmi merasakan lubang Safira lebih ketat dari sebelumnya. Dia pun mendayung cepat dan batangnya hampir mengeluarkan mani.
Fahmi memandang Vania yang kini sangat dekat dan mengangkat alis menegur Vania. Vania yang sudah tidak lagi malu seperti tadi, memberi senyuman nakal kepada Fahmi.
Tak lama kemudian, Fahmi mengeluarkan batangnya dan memancutkan maninya keluar. Sengaja dia mengarahkan batangnya ke arah Vania. Pancutan demi pancutan keluar dan ada yang mengenai Vania. Sangat banyak air yang keluar membuat Vania terkejut.
Setelah semuanya selesai, Fahmi merebahkan tubuhnya di antara Safira dan Vania. Dia berbaring sambil mengambil napas. Matanya bertemu dengan mata Vania. Vania merasa debaran di dadanya. Dia melihat ke arah Safira yang sudah tertidur.
“Mau juga?” tanya Fahmi pada Vania.