Rintihan di Asrama Putri - Bab 12
Pintu ruangan operasi ditutup. Kunci diputar perlahan agar Rizky tidak mendengar. Safira mengajak Alya duduk di kursi empuk beroda di sebelah mejanya. Rizky hanya menunduk, tidak memandang ke arah Alya. Jantungnya yang tadinya berdebar kencang mulai reda. Lega sedikit hatinya karena ada orang lain yang datang ke ruangan ini. Pasti kejadian tempo hari tidak akan terulang.
Safira duduk di kursinya dan memandang Rizky dengan senyuman nakal. “Rizky, aku ajak teman lepak sini gak apa-apa, kan?”
“Oh, emm, gak apa-apa. Bagus juga. Makin ramai makin seru, kan? Hahahaha!” Rizky mencoba bercanda, tapi tawa sendiri dengan kata-katanya. Tidak lucu, tapi kenapa ketawa besar? Suasana jadi janggal.
Bunyi pendingin ruangan terdengar sayup-sayup. Rizky hanya menatap layar laptopnya dengan bingung. Apa yang dia katakan tadi terasa aneh. Wajahnya merah padam menahan malu. Dia melirik ke arah Alya. Terlihat Alya seakan-akan memberi isyarat kepada Safira.
Pandangan dialihkan kepada Safira. Kening Safira berkerut sambil berbisik-bisik sesuatu kepada Alya. Apa yang mereka bincangkan? Atau menggunjing? Rizky mulai merasa dirinya diomongin.
“Errr, kalian. Kenapa bisik-bisik di depan aku? Aneh dohhh,” ujar Rizky, mengejutkan kedua gadis itu.
“Eh. Haha. Emm, gak ada apa-apa kok. Hehe,” jawab Alya malu.
“Haa, mumpung kau tanya, aku langsung aja deh,” sela Safira.
Kening Rizky terangkat. “Maksudmu?”
Safira berdiri dan mendekati Rizky. Alya hanya menunduk. Rizky mulai merasa tidak enak hati. Dadanya tiba-tiba sesak. Seperti ada sesuatu yang tidak beres.
“Hari ini, kami mau servis kau,” kata Safira santai.
“HAA? Servis apa ini?” Rizky terkejut.
Safira berdiri tepat di depan Rizky. Pandangannya tajam menatap Rizky dengan nakal. Rizky hanya bersandar menunggu apa yang akan Safira lakukan. Perlahan-lahan, Safira duduk berlutut di antara kaki Rizky.
Sambil memegang alat kelamin Rizky yang tersembunyi di balik celana, Safira berkata, “Mau servis yang ini, hehe.”
Rizky gemetaran menerima rangsangan tiba-tiba itu. Kepalanya menoleh ke arah Alya. Lebih terkejut lagi saat melihat Alya tersenyum nakal. “Aaa. Apa kau mau lakukan, Safira?”
“Sederhana aja. Biar kami hisap konek kamu. Itu aja,” jawab Safira.
“Sederhana?! Kamu gila, ya??” balas Rizky gagap.
“Hmm, Rizky. Kamu ini gak tahu bersyukur, ya. Sampai mati hidup lagi pun, kamu gak akan dapat kesempatan kayak gini, tahu?”
Alya hanya memerhatikan Safira dari samping. Menyaksikan bagaimana Safira menggunakan kekuatannya sebagai wanita terhadap lelaki yang lemah. Kepalanya menggeleng perlahan melihat reaksi Rizky yang ketakutan.
“Tapi kalau kamu gak mau, kamu bisa keluar. Tapi ingat, sekali kamu melangkah keluar, kami berdua akan melapor ke mentor dan bilang kalau kami dicabul.” Matanya Safira tajam memberi peringatan.
“Kamu pikir orang akan percaya kalau lelaki macam kamu dicabul perempuan lemah lembut macam aku? Hell no!” tambah Safira lagi, mencoba menakut-nakuti Rizky.
Dalam beberapa detik, macam-macam visual bermain di pikiran Rizky. Apa nasibnya jika dilaporkan, pandangan orang sekeliling terhadapnya, harus berhenti kuliah, ditangkap polisi dan dipenjara.
Rizky tidak punya pilihan lain. Lagi pula, apa yang bisa dia lakukan sekarang? Berlari minta tolong seperti banci? Atau nikmati saja surga dunia yang terbentang di depannya. Nafasnya ditarik dalam-dalam, dilepaskan perlahan-lahan. Matanya membalas tatapan Safira.
“Oke, kalau ini yang kalian mau,” jawab Rizky nekad. Safira tersenyum dan menoleh ke arah Alya. Kepalanya dianggukkan, memberi isyarat kepada Alya untuk mendekat.
“Oke Rizky. Kamu santai aja, oke? Biar kami pinjam sebentar konek kamu. Hehehe,” pujuk Safira. Rizky hanya diam. Jantungnya berdegup kencang.
Safira meminta Alya berlutut di sebelahnya. Alya hanya mengikuti. Perasaan gugupnya dikendalikan sebaik mungkin. Seakan tidak percaya rencana gila Safira berjalan dengan lancar sejauh ini.
“Oke, Alya. Pertama-tama kamu harus berlutut di depan lelaki seperti ini. Pastikan lututmu nyaman. Kalau lantai keras, lapisi dengan bantal atau selimut. Biar gak kesemutan atau pegal,” ujar Safira seperti seorang guru. Alya hanya mengangguk-angguk.
“Oke, kamu lihat aku dulu, ya?”
“O.. okkk, nis.”
Safira membuka ikat pinggang Rizky dan kancing celana. Resleting ditarik perlahan. Lalu celana diturunkan hingga ke betis. Celana dalam Rizky tampak membonjol. Koneknya mulai mengeras. Ditambah lagi dengan usapan lembut Safira yang membuat darah mengalir cepat ke konek.
Celana dalam ditarik ke bawah. Keluarlah konek separa tegang Rizky melambai-lambai ke arah dua gadis di depannya. Safira menyambut sapaan konek itu dan meremas-remas manja.
Matanya memandang ke atas, bertemu dengan mata Rizky. “Saat kamu mau tegangkan konek, tatap mata dia dengan pandangan nakal,” kata Safira kepada Alya lalu melanjutkan pekerjaannya.
Tangan Safira melancap perlahan konek Rizky ke atas dan ke bawah. Kemudian tangannya meremas kantung telur sambil mengurut konek. Kedua-duanya dilakukan bersamaan, membuat Rizky tidak karuan. Koneknya kini sudah keras.
Wajah Safira mendekat ke konek. Dia mencium ujung kepala berulang kali. Lalu menjilat pangkal konek ke atas hingga ke kepala. Jilatan diulang beberapa kali di bawah, di samping, dan di atas batang.
“Oke, sekarang kamu coba,” Safira menyerahkan konek Rizky kepada Alya.
Dengan tangan gemetar, Alya menyambut konek itu. Tak pernah sebelumnya memegang batang orang lain selain Irwan. Safira menggenggam tangan Alya dan menggerakkannya perlahan.
Alyancapkannya konek itu seperti yang dilakukan Safira tadi. Alya mencoba membiasakan tangannya dengan batang tersebut. Cukup besar jika dibandingkan dengan Irwan. Ketika digenggam, kepala konek Rizky terkeluar sedikit dari genggaman. Berbeda dengan Irwan, jika digenggam benar-benar tidak terlihat.
“Kenapa Alya? Kamu ukur-ukur konek Rizky, ya? Haha.”
“Iya, nis. Lumayan panjang.”
“Aik. Punya Irwan lebih pendek?”
“Pendek sedikit.”
“Aduh. Kalau kamu mau tahu, pacarku punya lebih panjang dari ini, tahu? Hahaha.”
Rizky yang sedang menikmati tangan lembut dua gadis cantik itu tersadar dari lamunan.
Sial betul. Sudah main konekku, tapi bilang punya aku pendek pula.
Alya melanjutkan lancapan. Kali ini telur Rizky diremas juga.
“Iskkkk, pelan-pelan Alya. Sakit kamu pencet telurku!” jerit Rizky kesakitan.
“Err maaf.”
Alya melepaskan telur Rizky dan mulai mencium kepala merah yang mengembang itu. Lalu dijilat-jilat seperti yang dilakukan Safira.
“Oke, kan? Hehe. Sekarang kamu lihat aku lagi,” kata Safira yang kembali menggenggam konek Rizky.
Safira memulai bab selanjutnya. Mulutnya dibuka sedikit lalu kepala konek dimasukkan perlahan dan dihisap keluar. Setelah beberapa kali, Safira mulai menghisap lebih dalam. Hampir separuh batang Rizky masuk ke dalam mulutnya.
Safira semakin bernafsu. Tapi dia mencoba menahan syahwatnya dan fokus pada sesi pengajaran Alya.
Jari Safira melancap batang konek perlahan sambil mulutnya menghisap. Kadang genggamannya diputar-putar di sekitar batang. Setelah beberapa kali menghisap, Safira menyerahkan batang kepada Alya.
“Oke, sekarang kamu. Tapi hati-hati ya. Jangan sampai kena gigi.”
“Gimana caranya biar gak kena gigi?”
“Buka mulut, jangan cuma buka bibir. Ngangain mulutmu.”
Alya meniru persis apa yang dilakukan Safira. Seperti murid yang cerdas, Safira memuji Alya karena cepat menangkap apa yang diajarkan. Alya merasa bangga dan semakin bersemangat. Dia menghisap lagi penis Rizky dengan penuh tekun.
Kali ini Alya sudah lebih terbiasa dengan batang penis itu. Sebelumnya, saat Irwan memintanya menghisap, Alya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Seringkali Irwan marah karena kesakitan. Tapi dengan bimbingan Safira, sekali coba saja sudah berhasil. Rizky sama sekali tidak merasa sakit terkena giginya.
Safira kemudian mengambil alih tugas menghisap. Air liurnya hampir menetes melihat Alya menikmati penis itu dengan semangat. Setelah menghisap 2-3 kali, Safira menyerahkannya kembali kepada Alya. Mereka bergantian menghisap.
Rizky sejak tadi sudah tersandar menikmati. Batang penisnya dihisap bergantian oleh dua gadis. Seorang gadis muslimah berjilbab lebar, seorang lagi gadis genit bertubuh seksi. Ahhh, nikmatnyaaaa~
Sungguh tak terduga, Alya kini menikmati batang penis seorang laki-laki dengan penuh semangat. Tidak lagi merasa canggung atau bingung harus melakukan apa. Alya menghisap penis Rizky seperti sudah lama belajar.
Melihat Rizky yang sudah tidak keruan, Safira pun beralih ke pelajaran terakhir untuk hari itu. Safira tidak berpikir untuk mengajarkan Alya tentang Deepthroat atau Rim Job. Cukup ajarkan dasar-dasarnya dulu. Mahirkan dasar, baru nanti bisa lanjut ke level berikutnya. Layaknya seorang guru, Safira berpikir.
“Ok Alya. Sekarang aku mau kamu lancap penis ini sampai dia ejakulasi. Bisa?”
“Err, bisa kok. Aku coba. Kamu ajarin ya.”
“Kamu cukup goncang kuat-kuat batang ini. Sambil sesekali hisap kepalanya sambil dilancap.”
Alya pun menuruti perintah dan melancapkan penis Rizky dengan sungguh-sungguh. Kepala penis juga dihisap untuk menaikkan lagi gairah Rizky. Mata Rizky terpejam menikmati rangsangan hebat dari Alya. Punggungnya terangkat-angkat mengikuti ritme lancapan.
“Ahhhh, sedikit lagi Alya. Ahhh sedikit lagiiii,” Rizky mengerang kuat. Cairan sudah hampir mencapai puncaknya. Alya semakin cepat menggoncang penis Rizky.
“Fir, pegal, Fir,” keluh Alya.
“Sikit lagi Alya. Dia hampir sampai.”
“Ahhhh, aku mau ejakulasi!” teriak Rizky.
“Ok, kamu masukkan penis ke dalam mulut. Fahmin air maninya, jangan sampai tertelan. Simpan dalam mulut dulu.”
“AAAAAHHHH!!!” Semburan demi semburan dimuntahkan oleh Rizky. Alya memejamkan matanya. Keningnya berkerut menahan semburan air mani di dalam mulutnya. Tangannya sudah berhenti melancap. Safira memintanya memerah batang penis itu sampai keluar semua air mani yang tersisa.
Penis dilepaskan. Alya cepat-cepat menutup mulutnya takut air mani tumpah mengenai jilbab dan bajunya. Dia memandang ke arah Safira menunggu arahan berikutnya.
“Sekarang telan semua air mani itu,” perintah Safira. Alya menggeleng cepat-cepat tanda tidak mau. Terasa jijik dengan rasa asin dan pahit cairan putih itu.
“Ish kamu ini. Rugi kalau dibuang. Telan aja,” bujuk Safira. Sedikit-sedikit Alya mencoba menelan, namun tidak mampu. Kasihan melihat reaksi Alya, Safira lalu mencium bibir Alya dan mengorek mulutnya dengan lidah. Safira mengambil sebanyak mungkin air mani di dalam mulut Alya dan menelannya.
Rizky sekali lagi terkejut dengan tindakan Safira. Bagaimana tidak, seorang gadis muslimah bercumbu dengan seorang gadis lainnya. Seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Padahal Rizky tidak tahu mereka sudah melakukan lebih dari itu.
Safira pun melepaskan ciumannya dan menelan air mani yang cukup banyak dan pekat itu. Tidak seenak pertama kali dia menelan air mani Rizky.
“Ok Alya? Paham nggak?”
“Pahammmm. Hehe.”