Pendekar Penebar Bibit - Bab 06
Tang Lihua perlahan mendekati Xiang Liwei, bibirnya hampir menyentuh bibir Xiang Liwei. Xiang Liwei merasakan aliran listrik menjalar di seluruh tubuhnya, dan dia tak bisa menahan diri lagi.Dia ingin mencium Tang Lihua, membalas gairah yang terpancar dari matanya. Tapi, sesuatu di dalam dirinya menahannya. Dia teringat akan ajaran gurunya, tentang kesucian dan pengendalian diri. Dia tak ingin melakukan sesuatu yang akan mencoreng nama baiknya dan gurunya.
Dengan berat hati, Xiang Liwei menolak Tang Lihua secara halus. “Tang Lihua,” bisiknya, “aku tersanjung dengan perhatianmu. Tapi, sebagai murid Master Lin, aku harus menjaga kesucian diriku. Aku tak boleh terjerumus dalam godaan duniawi.”
Tang Lihua terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca. Dia kecewa dengan penolakan Xiang Liwei, tapi dia juga menghormatinya.
“Baiklah,” kata Tang Lihua dengan suara lirih. “Aku mengerti.”
Meskipun hasrat mereka tertahan, Tang Lihua dan Xiang Liwei tetap menghabiskan waktu bersama dengan romantis di vila itu. Mereka mengobrol tentang banyak hal, berbagi mimpi dan harapan mereka. Mereka tertawa bersama, menikmati keindahan alam di sekitar vila.
o0o
Keesokan harinya, Tang Lihua masih tak bisa melupakan Xiang Liwei. Rasa ingin membuatnya jatuh cinta memenuhi pikirannya. Tang Lihua mulai merencanakan cara baru untuk mendekati Xiang Liwei.
Dia tahu Xiang Liwei sering belanja di pasar desa setiap pagi. Tang Lihua memutuskan pergi ke sana, berpura-pura mencari bunga untuk hiasan rumahnya.
Saat Xiang Liwei melihat Tang Lihua di pasar, dia terkejut namun juga senang bertemu lagi. Tang Lihua tersenyum manis dan menyapa Xiang Liwei dengan ramah.
“Oh, Xiang Liwei! Kamu juga di sini,” kata Tang Lihua sambil menggandeng lengan Xiang Liwei ringan. “Aku sedang mencari bunga indah untuk hiasan rumah. Bisa tolong bantu aku?”
Xiang Liwei, tak bisa menolak permintaan dari wanita cantik seperti Tang Lihua, setuju dengan senang hati. Mereka berdua menjelajahi pasar bersama, mencari bunga yang cerah dan harum.
Selama perjalanan itu, Tang Lihua terus membangun percakapan intim dengan Xiang Liwei, kadang menyentuhnya dengan lembut. Setiap sentuhan membuat jantung Xiang Liwei berdegup kencang, meski mencoba tetap fokus.
Tiba-tiba, dari kejauhan terdengar suara suami Tang Lihua. Tang Lihua tersentak kaget dan langsung menarik Xiang Liwei untuk berlindung di balik tumpukan kain yang tak jauh dari mereka. Dengan gerakan terburu-buru, mereka terjatuh dan Tang Lihua tertimpa di atas Xiang Liwei. Segera, Tang Lihua menutupi seluruh tubuh mereka dengan tumpukan kain, menyembunyikan mereka dari pandangan siapapun.
Hening menyelimuti mereka berdua, diiringi rasa cemas yang membayangi terbongkarnya rahasia mereka. Suara suami Tang Lihua semakin dekat, suaminya terdengar sedang bercakap-cakap dengan para pemilik toko di sekitar itu. Di bawah tumpukan kain, Tang Liwei diam-diam mengamati wajah Xiang Liwei. Wajah yang biasanya tenang dan berani, kini tampak menegangkan. Namun, bukan rasa takut yang terlihat, melainkan sebuah ekspresi yang sulit diartikan oleh Tang Liwei.
Tang Lihua mengamati wajah Xiang Liwei dengan seksama. Dia berusaha memahami arti di balik senyum yang terukir di bibirnya. Apakah itu rasa geli, senang, atau bahkan… mesum? Pikiran terakhir itu membuatnya merinding. Bagaimana mungkin Xiang Liwei terlihat begitu tenang dan bahkan senang di situasi yang berbahaya seperti ini? Kecurigaan mulai muncul di benak Tang Lihua.
Tang Lihua akhirnya menyadari setelah melihat bahwa payu*daranya menempel erat pada dada Liwei, membuat libi*do Liwei bergejolak, dipicu oleh situasi terlarang ini. Dia pun tergelitik dan ingin menggoda Xiang Liwei lebih jauh.
Dengan gerakan yang menggoda, tangan Tang Lihua mulai menyusuri tubuh Xiang Liwei, mencari-cari sensasi yang lebih membara. Suara suaminya yang masih berbicara dengan para pedagang di luar sana bagaikan musik latar yang menambah ketegangan di antara mereka berdua.
Xiang Liwei, meskipun sedikit terkejut dengan tindakan Tang Lihua, mencoba untuk tetap tenang. Dia tahu bahwa situasi ini berbahaya, tapi dia tidak bisa menahan godaan yang ditawarkan oleh wanita cantik di hadapannya.
Saat tangan Tang Lihua menyentuh lembut pusakanyanya yang mengeras, Xiang Liwei tersentak. Nafasnya memburu dan tubuhnya menegang.
“Tang Lihua,” bisiknya dengan suara serak, berusaha untuk mengendalikan diri. Tang Lihua hanya tersenyum menggoda, matanya berbinar-binar dengan gairah.
“Jangan khawatir,” bisiknya dengan suara genit, “Aku hanya ingin merasakanmu sedikit.”
Suami Tang Lihua sudah menjauh, memberikan mereka kesempatan untuk melepaskan gairah yang terpendam. Tang Lihua merapatkan tubuhnya ke Xiang Liwei, merasakan kehangatan dan kekuatan yang terpancar dari pemuda itu.
Di balik tumpukan kain yang menyelimuti mereka, Tang Lihua memberanikan diri. Dia mendekatkan wajahnya ke Xiang Liwei, dan bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh gairah. Ciuman itu bagaikan aliran api yang membakar keraguan dan ketakutan mereka. Xiang Liwei memeluk Tang Lihua dengan erat, merasakan gairah yang membara dalam tubuhnya.
“Liwei,” Tang Lihua merintih pelan, suaranya dipenuhi dengan gairah. “Aku ingin merasakan lebih banyak.”
Dengan gerakan yang penuh nafsu, Xiang Liwei memeluk Tang Lihua erat-erat. Hasrat dan rasa ingin tahu yang menggebu dalam hatinya membuatnya tak bisa menahan diri. Ciuman pertama mereka pecah dengan kelembutan yang menggetarkan hati, bagaikan kilatan petir yang menerangi malam yang kelam.
Tang Lihua merespon ciuman itu dengan penuh gairah. Bibirnya yang lembut dan penuh nafsu beradu dengan bibir Xiang Liwei, menciptakan sensasi yang luar biasa. Dia merasakan bagaimana Xiang Liwei melepaskan semua ketegangan dalam tubuhnya, mencari ketenangan di tengah kekacauan ini.
“Ah, Xiang Liwei,” erang Tang Lihua, suaranya penuh gairah. “Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya.”
Di bawah tumpukan kain yang menutupi mereka, Tang Lihua merasakan sesuatu yang luar biasa. Ketika tangannya memegang pusaka Xiang Liwei yang mengeras, dia terkejut oleh ukuran yang berada di genggamannya. Dia tidak pernah bayangkan sebelumnya bahwa Xiang Liwei memiliki pusaka yang begitu besar dan kokoh. Jantungnya berdebar kencang, diliputi rasa gairah yang tak tertahankan.
Tang Lihua, wanita yang sudah cukup berpengalaman dalam hal se*ks, merasakan sensasi baru yang membangkitkan gairahnya. Dia ingin menjelajahi lebih jauh, merasakan setiap inci tubuh Xiang Liwei yang semakin menegang di bawah sentuhan tangannya. Dengan gerakan yang pelan namun penuh nafsu, dia menggoda Xiang Liwei, sambil tetap waspada terhadap suara di luar yang masih bisa mengganggu keintiman mereka.
Tanpa disadari, api gairah yang ditanamkan Zhou Yanmei, siluman rubah berekor sembilan, di dalam tubuh Xiang Liwei mulai bereaksi. Api itu seakan menghisap gairah yang dihasilkan oleh Liwei dan Tang Lihua, mengumpulkan energi untuk mengaktifkan kutukan yang telah lama tertanam.
Dada Xiang Liwei semakin memanas, menimbulkan hasrat yang semakin menggebu-gebu. Liwei merasakan keanehan ini dan mulai dilanda kebingungan, menyadari bahwa jika diteruskan, hal-hal yang tidak terduga bisa saja terjadi.
Keringat mulai membasahi dahinya, bukan karena panas, tetapi karena pergolakan batin yang sedang dialaminya. Liwei paham betul bahaya yang mengintai jika mereka ditemukan dalam situasi seperti ini.
Baca Kelanjutannya Gratis di:
Fizzo