Pemuas Nafsu Istri Bosku - Bab 05
Jihan berjalan mendekat, tangannya meraba tubuhku dengan lembut. Sentuhannya terasa seperti aliran listrik yang mengalir melalui tubuhku, membuat bulu kudukku berdiri. Jari-jarinya yang lentik menjelajahi dadaku, lalu turun perlahan ke perutku, membelai setiap lekuk tubuhku dengan penuh kelembutan.
“Oh, sayang, kamu membuatku begitu bergairah,” desah Jihan, bibirnya menyentuh telingaku. Suaranya yang lembut dan napasnya yang hangat membuatku merinding. “Aku ingin merasakan setiap inci tubuhmu.”
Gelombang kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya menyapu tubuhku. Tubuhku merespon sentuhan Jihan dengan penuh gairah. Batangku terasa semakin tegang dan keras, menuntut perhatian.
Jihan merunduk, mulutnya menyentuh putingku. Ia menjilati dan menghisapnya dengan lembut, membuatku menggelinjang dan mendesah. Tangannya yang lincah melepaskan kancing-kancing bajuku, satu per satu, hingga akhirnya tubuhku terpapar sepenuhnya di hadapannya.
“Oh, Jihan… jangan berhenti,” rintihku, tanganku meremas rambut Jihan. Nafasku mulai memburu, keringat dingin membasahi tubuhku. Jihan tersenyum menggoda, matanya memancarkan gairah yang tak tertahankan.
Jihan tertawa kecil, ia menggigit lembut kulitku, meninggalkan jejak merah muda di sana. Ia terus menjelajahi tubuhku, membawaku ke puncak kenikmatan yang tak pernah kuimpikan sebelumnya. Setiap sentuhannya terasa seperti sihir, membakar seluruh tubuhku dengan gairah yang membara.
“Kamu siap, sayang?” tanyanya, matanya penuh dengan keinginan.
Aku mengangguk, tak mampu berkata-kata. Hanya nafsu yang membara yang kurasakan di dalam diriku.
Jihan perlahan melepaskan pakaianku, membiarkan tubuhku telanjang sepenuhnya. Ia meraba batangku yang tegang, menggosoknya dengan lembut.
“Oh, sayang, kamu begitu besar dan keras,” desah Jihan, matanya penuh kekaguman. “Aku ingin merasakan kamu di dalamku.”
Aku tak bisa menahan diri lagi. Aku menarik Jihan, menciumnya dengan penuh nafsu. Lidah kami saling bertaut, menjelajahi mulut masing-masing dengan liar.
Aku mendorong Jihan ke tempat tidur, tubuhnya yang telanjang sempurna kini berada di atasku. Aku meremas payudaranya, merasakan putingnya yang keras di antara jariku.
“Oh, sayang, kamu membuatku gila,” desahku, tanganku meraba tubuh Jihan dengan penuh hasrat.
Jihan menggelinjang, mendesah dengan suara yang membuatku semakin bergairah. Aku merasakan tubuhnya yang basah dan hangat menyentuh batangku, menggosoknya dengan lembut.
“Masukkan, sayang,” pintanya, matanya penuh dengan keinginan.
Aku tak perlu diminta dua kali. Aku mendorong tubuh Jihan, memasuki tubuhnya dengan lembut. Sensasi yang luar biasa melanda kami saat batangku menyentuh dinding hangat tubuhnya.
Jihan mengerang, tubuhnya melengkung ke belakang, menikmati setiap inci batangku yang mengisi dirinya. Aku bergerak perlahan, merasakan kenikmatan yang tak terbendung.
“Lebih cepat, sayang,” pintanya, tangannya meremas pantatku.
Aku menaikkan ritme gerakanku, mendorong tubuh Jihan dengan lebih dalam. Jihan mengerang, tubuhnya bergoyang mengikuti irama gerakanku.
“Oh, sayang, kamu luar biasa,” desahnya, tangannya meremas payudaranya sendiri.
Kenikmatan yang tak terbayangkan kurasakan. Tubuh Jihan yang hangat dan basah mengelilingi batangku, membuat setiap sentuhan terasa seperti surga.
“Aku… aku hampir…” rintihku, tak mampu menahan kenikmatan yang membuncah.
“Ya, sayang, keluarkan di dalamku,” pintanya, suaranya berdesir lembut di telingaku. Tubuhnya mengejang, seakan-akan disambar petir.
Aku mengerang, tubuhku bereaksi mengikuti ritme tubuhnya. Gelombang kenikmatan yang dahsyat membanjiriku, tak terbendung lagi. Rasanya seperti seluruh tubuhku terbakar, terbakar oleh api hasrat yang dinyalakan Jihan. Setiap sentakan, setiap desahan, menjadi simfoni erotis yang menyihirku.
Aku merasakan tubuhku menegang, siap melepaskan puncak kenikmatan. Jihan, dengan mata terpejam dan wajah memerah, terus mendesakku untuk melepaskan semuanya di dalam dirinya. Aku merasakan kehangatan cairan tubuhku mengalir memenuhi rahimnya, sebuah tanda bahwa kami telah mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa bersama.
Kami terbaring, tubuh kami masih terjalin erat, menikmati sisa-sisa kenikmatan yang masih berputar di kepala. Tubuh Jihan yang lentur, kulitnya yang halus, terasa begitu dekat, begitu nyata. Sensasi sentuhannya masih terasa begitu hidup, membakar seluruh tubuhku.
“Kamu luar biasa, sayang,” bisiknya, suaranya lembut seperti beludru. Tangannya yang lentik meraba tubuhku dengan penuh kasih sayang, seolah-olah ingin memastikan bahwa aku adalah pria yang benar-benar dia inginkan. Aku tersenyum, merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Seakan-akan aku adalah pria paling beruntung di dunia ini, bisa merasakan sentuhan tubuh Jihan yang memikat, yang biasanya hanya bisa kulihat dari kejauhan.
Malam itu, aku mengalami petualangan erotis yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Mimpi-mimpi liar yang selama ini hanya kusimpan dalam bayangan, kini menjadi kenyataan. Jihan, istri bosku yang cantik dan menggoda, telah membuka pintu surga erotis bagiku.
“Kita belum selesai, sayang,” desahnya, matanya berbinar dengan keinginan yang tak terbendung. “Malam ini baru permulaan.”
Aku tersenyum nakal, jantungku berdebar kencang. Aku tahu, malam itu baru saja dimulai. Petualangan erotis kami masih panjang, penuh dengan kejutan dan sensasi yang tak terduga. Aku tak sabar untuk menyelami lebih dalam lagi ke dalam hasrat Jihan, untuk merasakan lagi sensasi tubuhnya yang hangat dan lembut.
Tubuhnya yang masih bergetar di sampingku menggoda. Aku mencium lehernya, merasakan kulitnya yang halus dan hangat. Bibirku mengembara ke bawah, meninggalkan jejak ciuman di sepanjang tulang selangkanya. Tanganku menjelajahi tubuhnya dengan penuh hasrat, membelai lekuk tubuhnya yang memukau.
Jihan mendesah, tubuhnya bereaksi terhadap sentuhanku. Tanganku masuk ke dalam pakaiannya, mengelus permukaan kulitnya yang halus. Aku merasakan denyut nadi di dadanya, berdebar kencang, seirama dengan debaran jantungku.
“Oh, sayang,” desahnya, suaranya terengah-engah. “Sentuh aku lagi.”
Aku menuruti permintaannya, tangan ku menjelajahi tubuhnya dengan penuh antusiasme. Bibirku kembali mencium kulitnya, meninggalkan jejak-jejak panas di tubuhnya yang memikat. Tubuhku semakin terbakar, hasratku semakin membuncah.
Jihan membalas ciuman dan sentuhanku dengan antusias. Tubuhnya melengkung, memenuhi hasratku. Kami saling berciuman dengan penuh gairah, lidah kami saling bertautan, seakan-akan ingin mengungkap semua hasrat yang terpendam.
“Kau begitu hebat,” desahnya, suaranya sedikit serak. “Aku begitu menginginkanmu.”
Aku merasakan tubuh Jihan menegang, bersiap untuk menyambutku lagi. Aku ingin merasakan sensasi tubuhnya yang hangat, merasakan kenikmatan yang luar biasa yang baru saja kami rasakan.
“Sayang,” desisku, “aku ingin merasakanmu lagi.”
Matanya menatapku, penuh gairah dan hasrat. “Ya, sayang,” jawabnya, tubuhnya bergetar. “Isi aku lagi.”
Aku memenuhi keinginannya, mengisi tubuhnya dengan cinta dan gairahku. Kami larut dalam kenikmatan yang luar biasa, menjelajahi batas-batas hasrat kami. Tubuh kami bergerak seirama, saling melengkapi, menciptakan harmoni erotis yang tak terlupakan.
Malam itu, Jihan dan aku, terikat dalam ikatan hasrat yang tak terpisahkan. Malam itu, kami menjelajahi surga erotis yang tercipta dari perpaduan hasrat dan cinta terlarang. Malam itu, aku merasakan kenikmatan yang tak tertandingi, bersama wanita yang selama ini hanya menjadi bayangan dalam pikiranku. Dan aku tahu, petualangan erotis kami baru saja dimulai.