Para Akhwat Yang Ternoda - Bab 11
Tangan Yuna mulai meraba ke tubuhku kembali, dan aku menghisap kontol itu semakin kuat. Terasa vaginaku semakin berdenyut minta diisi. Dan aku tahu Yuna juga mau hal yang sama. Aku menarik kepalaku lalu aku menarik kontol dildo yang kini basah dengan air liur kami berdua itu. Aku tunduk mencium bibir Yuna rakus, lidah kami bertaut dengan penuh nafsu sambil aku membuka paha Yuna lebar.
Aku kemudian menarik wajahku. Tangan Yuna merayap ke bibir vaginanya lalu diurut pelan.
“Ummph… Masukin aku Alisha…” erang Yuna merayu manja. Aku tersenyum nakal. Aku menjulurkan lidah seolah tidak mau. Lalu tanganku ditampar manja oleh Yuna.
Aku kemudian menggesekkan kepala kontol dildo yang aku hisap tadi ke bibir vagina Yuna. Tubuh Yuna meliuk manja.
“Ahhh… Alisha… Umphh… Mau…” rayuan Yuna. Aku suka melihat Yuna begitu. Aku tersenyum nakal sebelum menolak kepala kontol dildo itu masuk ke dalam bibir vagina Yuna.
“Ahhhhh~ Enaknyaaa Alishaaa…” Yuna merengek manja. Aku terus mendorong kontol dildo itu masuk ke dalam vagina Yuna, dan aku bisa rasakan vagina Yuna mengemut bagian kontol dildo yang terbenam di dalam vaginanya.
Aku juga ingin merasakan kontol dildo tersebut di dalam vaginaku. Aku gigit bibir bawahku sebelum aku mengangkang ke depan. Setengah lagi kontol dildo yang keluar dari vagina Yuna kugenggam sebelum aku masukkan ke dalam vaginaku.
“Ahhh E… Yuna… Ummphh!” Aku mengerang lembut. Aku gerakkan tubuhku ke depan, membenamkan lagi kontol dildo itu ke dalam vaginaku. Kakiku kini bersilangan dengan kaki Yuna. Mataku bertemu dengan matanya. Yuna mendorong tubuhnya bangun sedikit. Tanganku memeluk pinggangnya sambil tangannya mengusap pahaku.
Yuna mengangguk pelan. Ingin ini. Seperti aku.
Aku mulai bergerak ke depan dan ke belakang, memasukkan dildo keluar dan masuk dari vagina basahku itu. Dan dengan melakukan itu, aku tahu Yuna juga merasakan gerakan dildo tadi di dalam vaginanya juga. Tubuh kami meliuk ke belakang menahan kenikmatan.
Aku remas buah dadaku menggodanya. Dan aku bisa rasakan Yuna semakin bernafsu melihatku. Aku mempercepat gerakan, merapatkan vaginaku ke vagina Yuna saat bergerak ke depan, aku bisa rasakan dengan melakukan begitu kontol dildo itu mendorong ujung vagina kami serentak. Memberi kenikmatan kepada kami berdua.
“Ahhhh Alisha… Alisha…” Yuna mengerang karena kenikmatan. Begitu juga aku.
Tubuh kami semakin mendekat dan kami mulai bergerak bersama. Setiap gerakan memberi kenikmatan kepada yang satu lagi. Dan tempat tidurku mulai bergoyang mengikuti irama nafsu terlarang kami. vaginaku mengemut kontol plastik berurat di dalamnya dan aku bisa rasakan setiap gerakan yang dilakukan Yuna di separuh lagi kontol.
pantat kami berombak dengan setiap hentakan dan tubuh kami menjadi semakin rapat. Buah dadaku bertemu dengan buah dada Yuna yang montok membulat itu. Puting kami tenggelam ke dalam buah dada montok yang lainnya. Dan kami mulai bercumbu penuh nafsu sambil terus menggerakkan paha dan pantat kami, menghentakkan dildo plastik itu ke dalam vagina masing-masing.
Aku bisa rasakan sprei tempat tidurku semakin basah. Namun aku tidak peduli. Lidahku bertaut dengan lidah Yuna, dan aku bisa rasakan Yuna mempercepat gerakannya. Semakin dekat.
Begitu juga aku.
kontol dildo keras itu terus menghentak ke dalam vagina aku dan Yuna bersama dayungan dan hentakan kami ke dalam vagina masing-masing. Aku rapatkan lagi tubuhku dan Yuna sehingga kontol dildo itu tenggelam sepenuhnya ke dalam vagina kami berdua dan bibir vagina kami bertemu.
“Ahhhhh Yunaaaa!!!” Aku mengerang kenikmatan sebelum Yuna memegang pipiku dan mencium bibirku rakus. Lidah kami bertaut dan kami berpelukan erat. vaginaku mengemut kuat dan aku bisa rasakan Yuna pun sama.
Bersamaan, kami berdua mencapai klimaks dan aku peluk Yuna sepenuh hati, demikian juga Yuna memeluk tubuhku erat. Tubuh kami meliuk-liuk karena kenikmatan dan aku bisa rasakan cairan vagina kami berdua mulai meleleh ke kontol dildo tadi sebelum menetes dan meleleh ke sprei tempat tidurku.
Kami terus bercumbu sambil kami berdua membiarkan vagina kami terus mengemut, mengeluarkan semua cairan kenikmatan dari aksi sejenis ini.
Kemudian Yuna perlahan melepaskan ciumannya. Napas kami semakin berat sebelum hidung kami bertemu. Tangan Yuna perlahan meraba pahaku. Dia tersenyum puas.
Aku terasa wajahku sedikit hangat. Entah mengapa hari ini aku terasa lain dengan Yuna. Tidak seperti puasnya aku ditusuk lelaki lain. Belum sempat aku berpikir lagi, Yuna kembali mencium bibirku.
Kami berbalas ciuman kecil itu. Dan perlahan ciuman kecil menjadi pelukan. Dan dari pelukan, sekali lagi kami mendayung dengan kontol dildo keras yang masih terbenam di dalam vagina kami itu. Membawa klimaks untuk kedua kalinya malam itu.
*************
Dua minggu berlalu, aku dan Yuna masih melakukan aksi tersebut tapi kami terpaksa mengurangi frekuensinya karena kami harus fokus untuk ujian akhir semester ini. Aku dan Luthfi hanya sempat bertemu sekali setelah salah satu mata kuliah yang agak sulit bagiku. Aku membutuhkan tempat untuk melepas penat dan Luthfi, ibarat kantuk disorong bantal. Dan aku tahu Yuna juga ditusuk Luthfi beberapa jam setelah aku.
Yuna sedang membaca novel yang baru dibelinya minggu lalu di atas tempat tidurku.
“Alisha… Orang tuaku nggak ada di rumah selama seminggu mulai libur semester nanti… Aku mau stay sini aja sampai orang tuaku balik” Kata Yuna sambil membaca. Aku yang duduk di meja belajarku mengalihkan pandanganku kepadanya.
“Oh… Pergi umrah kan? Kalau gitu… Ikut aku pulang ke rumahku lah… Mau?” Tanyaku. Tidak memikirkan tentang ayahku yang genit itu.
Yuna mengalihkan novelnya dari wajahnya. “Boleh ya? Ayahmu ngasih izin?” Tanyanya lagi.
Aku mengangguk. “Dia oke aja. Tapi nanti aku tanya dulu. Oke?” Kataku. Yuna mengangguk sedikit antusias.
“Oke!”
=========
kalau mau lanjutannya komen ya…