Para Akhwat Yang Ternoda - Bab 04
Terasa sakit saat vaginaku menerima tusukan penis ayahku yang keras dan gemuk itu. Meskipun vaginaku sudah basah, tapi masih terasa ketat dan sempit saat dipenuhi oleh penis ayahku.
“A… Ahhh Ayahhh!!” Aku mengerang kencang saat aku merasakan kepala penis ayahku bertemu dengan selaput daraku.
Ayahku berhenti. Aku pikir mungkin ayahku sudah menyesal dan ingin menarik kembali penisnya. Tapi aku salah, penisnya terus ditusukkan ke dalam, memecahkan selaput daraku, dan kemudian mengisi vaginaku yang sempit hingga penuh.
“Ayahhhh!!!” Aku mengerang kencang sambil menggenggam erat seprai ranjangku. Aku membungkukkan pantatku, melengkungkan tubuhku agar lebih nyaman bagiku, tapi penis ayahku yang mengisi vaginaku terasa terlalu dalam.
“Ahhhh… vagina kamu sangat sempit Alisha… Ahhh… Ayah bangga bahwa kamu adalah anak ayah!” Aku bisa merasakan tangan ayahku menggenggam pinggangku erat. Ayahku menarik penisnya hingga setengah masuk sebelum didorong kembali masuk sepenuhnya.
“Ahhh ayah… Ayahhh…” Hanya itu yang bisa kukatakan. Penis ayahku semakin cepat dan ganas, menusuk maju mundur di dalam lubang vaginaku. Menghentak-hentakkan rahimku. Baru kusadari bahwa ayahku tidak peduli untuk melepas bajuku maupun jilabku.
Semakin lama dan rakus ayah menghajamku, semakin longgar lilitan tudung di kepalaku.
“Ahhh ayah… Ahhhh Ahhhh,” ku gigit bibirku. Tanpa sadar aku mulai terasa nikmat. Setiap hentakan kepala kontol ayah ke dalam vaginaku seakan membawa kenikmatan ke seluruh tubuhku.
Aku terus mengerang kuat sambil dia terus menampar pantatku yang memang sudah bergoyang dari genjotan ganasnya. Tiba-tiba dia berhenti dan menarik keluar kontolnya. vaginaku seakan meminta lagi kontol keras ayahku.
“A… Ayah…?”
“Lihat! Kan aku sudah bilang kalau kamu akan suka kontol keras aku!” Badanku diputar lalu tudungku dilepaskan dari kepalaku. Rambutku yang sebahu digenggamnya, lalu bibir kami bertemu. Untuk pertama kalinya aku mencium bibir lelaki. Aku biarkan saja ayah mengecupku, dan saat lidahnya masuk ke dalam mulutku, aku hisap lidahnya tanpa sadar. Membalas ciuman liar ayahku.
Ayah melepaskan ciuman itu lalu bajuku ditarik, braku dilepaskan dan dibuang jauh-jauh. Buah dadaku yang bulat dan ranum terpampang untuk ayahku. Lalu ayah mulai meremas dan memilin kedua buah dadaku,
“A… Ayaaahhh…” erangku lagi. Terangsang dari sentuhannya.
Aku bisa rasakan sesuatu menyentuh vaginaku, menggangguku.
“Ahhhh a… ayah… N… Nak….” Aku mulai mengerang lagi.
“Nak apa…? Bilang…” Ayah seakan tidak tahu sambil terus meremas buah dadaku. Membuat tubuhku terangkat setiap kali dihisap.
“Ahhh… … Alisha mau… AHhhh…. Mau kontol ayah… Ahhhh…” Aku mengerang kuat. Aku mulai menggosokkan vaginaku ke kontol ayahku yang basah karena air vaginaku. Ayah melepaskan buah dadaku sambil mengangkangkan kakiku lebar-lebar.
“Bagus… Inilah anak ayah…” Senyumnya nakal sebelum kontolnya ditusukkan lagi ke dalam vaginaku. Kali ini ayah semakin rakus dan ganas, kontol kerasnya menghantam vaginaku semakin cepat dan dalam. Membuatku merasa sakit.
Bunyi decakan dari genjotan kami memenuhi kamarku. Sambil aku melihat ke dalam mata berahi ayahku. Aku mulai paham. Memang nikmat kontol lelaki. Lebih nikmat daripada sentuhan perempuan.
“Ahhh ahhh ahhh Alisha anak ayah!” Ayahku mengerang memanggil namaku, menghantam vagina sempitku semakin cepat. vaginaku juga semakin rakus menghisap kontol ayahku yang tidak henti-hentinya mengerang. Tahu bahwa mereka berdua semakin dekat dengan klimaks.
“A… Ayah ayah Alisha mau sampai!!! Ahhhh!!!” Dan dengan itu tubuhku mengejang sedikit, vaginaku menghisap kontol ayahku membuatnya memperlamban genjotannya tapi ditusukkan semakin dalam. Aku bisa rasakan vaginaku mengeluarkan cairan klimaks ku ke atas kontol ayahku dengan banyak.
“Ahhh! sempit sekali Alisha!! Ahhh!!” Ayah terus menghentak membuatku terus klimaks sebelum akhirnya menarik kontolnya keluar. kontol ayah dikocoknya cepat dan tidak lama, aku melihat kepala kontol ayah memancarkan air maninya ke atas perutku, buah dadaku, dan atas vaginaku. Setiap ejakulasinya membuatku terkejut dengan seberapa kuat, kental, dan banyak ayahku mengeluarkan air mani.
Ayah terus mengurut hingga air maninya berhenti keluar, lalu kepala kontolnya digesekkan ke paha montokku. Membuat tubuhku lengket. Kami berdua mencoba mengatur napas. Mata kami bertatapan.
“Bener kan kata ayah…? kontol lelaki lebih nikmat…?” tanya ayahku. Aku hanya mampu mengangguk perlahan. “B… Bener ayah… Ah…”
Ayahku tersenyum sebelum mencium pipiku. “Bagus, istirahatlah Alisha… Kemudian mandi, bersihkan badanmu… Malam ini kamu tidur dengan ayah…” Dan aku hanya mengangguk. Mataku semakin berat karena nikmat yang diberikan ayahku sendiri. Aku melihat sela-sela kakiku yang terkangkang dan menyadari ada beberapa tetes darah.
Aku memutar tubuhku untuk beristirahat sejenak. Ayahku menampar pantatku perlahan. Sebelum aku mendengar dia turun dari tempat tidur dan meninggalkan aku dengan tubuh yang lengket karena air maninya.
Dan sebelum aku tertidur, aku mendengar percakapan ayah di telepon.
“Halo, Man? Ha saya sudah ajari Alisha. Dia nggak akan melakukan hal itu lagi… …. Haha. Prita juga? Bagus…”
Dan tahulah aku bahwa Prita juga mengalami nasib yang sama dari Om Hilman.
Sejak hari itu, setiap kali kami sendirian berdua, pasti aku dan ayahku akan melakukan perbuatan terkutuk itu. Aku memang agak galak di antara akhwat-akhwatku, tetapi saat di ranjang bersama ayahku, aku menjadi lemah. Dan aku suka hal itu.
Walaupun sekarang aku sudah lulus, setiap kali ada kesempatan, vaginaku pasti akan diisi oleh kontol ayahku sendiri. Katanya dia akan terus menikmati tubuhku walaupun aku sudah menikah nanti. Karena aku miliknya.
Aku harap ayahku nggak tahu berapa banyak kontol lelaki yang sudah masuk ke dalam vaginaku sejak hari itu karena ketagihanku yang tak tertahankan.
Maafkan aku, ayah.