Para Akhwat Yang Ternoda - Bab 03
Aku membungkukkan pantatku padanya karena aku tahu kemana mulut Prita akan pergi. Dan aku benar. “Ahhhh!” Aku mengerang sedikit kencang saat aku bisa merasakan lidahnya menjilati celah vaginaku. Jelas vaginaku sudah basah. “Ummphh..” Prita menjilati dan menghisap vaginaku dari belakang. Dia menghisap setiap titik airku yang mengalir dari tubuhku.
“Ohh Prita… Ahhhh ahh…” Aku mengerang pelan. Lidahnya semakin cepat, jarinya terus meremas pantat besarku dan suara decapannya semakin kuat. “Ahhh.. Prita.. Ahhh… Aku… Ahhh… Aku hampir sampai!” Prita semakin liar menjilati vaginaku setelah mendengar pengakuanku. “Pritaaa!” Aku hampir berteriak saat aku bisa merasakan vaginaku berdenyut kuat sebelum mencapai klimaks yang sebenarnya ke dalam mulut Prita. Prita yang rakus itu terus menjilati dan menghisap cairan orgasme-ku, membuatku terus orgasme sampai nafasku tenang.
Prita menampar pantatku sekali lagi sebelum membalikkan tubuhku. Ya, dalam aksi ini, Prita lebih dominan daripada aku. Bahkan, dia adalah orang yang mengajariku semua hal ini. Jadi, kebanyakan waktu, aku lebih nyaman mengikuti iramanya. Prita memanjat tubuhku dan kemudian menciumku lagi. Aku bisa merasakan cairan kewanitaanku di mulutnya saat lidah kami bertemu. Kemudian dia melepaskan ciumannya dan melihat langsung ke mataku. Dia tersenyum lebar.
“Prita… Ah… K.. Kamu juga…” kataku, ingin menjilati vaginanya juga. Ingin memberikan orgasme padanya seperti yang dia berikan padaku. Tapi dia menggeleng. “Tidak… Aku ingin… Ini…” Katanya hampir berbisik sambil jarinya menyentuh vaginaku yang masih sensitif. Aku mengerang sedikit dan kemudian mengangguk. Kami berciuman dengan liar dan tangan kami merayap ke seluruh tubuh. Karena kami tahu ini adalah kali terakhir kami melakukan hal ini di sekolah. Dan kami tidak tahu kapan bisa bertemu lagi.
Prita dan aku segera merapatkan tubuh kami. Kaki kami saling menyilang sehingga vagina kami bisa bertemu. Dan saat vagina tembem basahku menyentuh vaginanya, aku mengerang kesal. “Ahhh… Prita…” “Alisha…” Kami mulai memanggil nama masing-masing dengan penuh gairah sambil terus menggosokkan vagina kami. Aku bisa merasakan bibir vaginanya mengecup rakus bibir vaginaku, biji kami saling bergesekan dengan liar. Menambah nafsuku yang semakin liar.
Aku mendorong tubuh Prita ke bawah dan membaringkannya. Dia tertawa nakal melihatku begitu. Tahu bahwa jika aku mulai mengambil alih, itu artinya aku benar-benar bernafsu. Aku tersenyum nakal padanya sebelum mulai menggosokkan vaginaku cepat ke vaginanya. Erangan kami semakin kuat. “Ahhhh Pritaaa!” “… Alisha!!” Aku meremas buah dadanya yang bergetar itu dan kemudian mempercepat gerakan pinggulku.
Mataku bertemu dengan matanya yang penuh gairah, tahu bahwa kami berdua semakin dekat. Dan hanya dengan beberapa kali gerakan pinggul dan gesekan, tubuh kami mengejang sebelum vagina kami mengemut kuat dan mencapai klimaks. “Pritaaa!!” “Alishaaaaaa!!” Kami mengerang kencang, nafas kami cepat dan kami mulai berkeringat. Aku bisa merasakan vaginaku berdenyut puas, dan begitu juga vagina Prita yang masih mengecup vaginaku.
Aku melihat Prita yang mulai lemas. Aku tersenyum dan kemudian mencium bibirnya. Kami mulai saling membalas ciuman, namun…….
“Alisha!!!! Apa yang kamu lakukan ini??” Suara seorang lelaki yang kukenal memanggil dari pintu.
Aku panik dan segera melompat dari tubuh Prita, meraih pakaian terdekat untuk menutupi diriku sebisa mungkin. Prita mengikuti langkahku. Nafas kami masih terengah-engah. Dengan rasa takut, aku menoleh untuk melihat siapa yang memanggil, karena aku sudah tahu siapa itu. Dan ternyata aku benar; di pintu berdiri ayahku dan Om Hilman.