Para Akhwat Yang Ternoda - Bab 01
Tahun 2011
Ini adalah hari terakhir sekolahku di sini. Ujian telah selesai, dan sekarang saatnya menunggu hasil dan melihat ke mana hal itu akan membawaku di masa depan. Semua barangku sudah kupaket, dan aku akan menyimpan semua kenangan selama lima tahun bersekolah di sebuah sekolah perempuan di Jakarta dengan baik. Ayahku akan datang sekitar tengah hari nanti, dan hanya setengah dari siswa yang masih tinggal di asrama. Sisanya telah pulang kemarin malam karena keluarga mereka tinggal tidak jauh dari sekolah. Ayahku datang menjemputku dari Sukabumi.
Saat aku membaca novel hadiah perpisahan dari seorang temanku yang sudah pulang, teman sekamarku mengajakku dan Prita untuk berkeliling sekolah sekali lagi, tapi aku menolak undangan mereka karena cukup lelah setelah berkemas. Prita, melihat aku menolak undangan itu, kemudian juga menolak. Mataku bertatapan dengan matanya, dan aku merasa deg-degan.
Prita adalah teman sekamarku yang paling dekat di sekolah ini selama lima tahun terakhir. Meskipun kami berada di kelas yang berbeda, karena jurusan kami sama (sains) dan tinggal di asrama yang sama, kami sangat dekat. Bahkan… Prita adalah orang pertama yang mengajariku tentang kenikmatan sentuhan seorang wanita.
Setelah mereka pergi, Prita datang dan duduk di ranjangku.
“Ayahmu datang jam berapa, Alisha?” tanyanya. Aku menggigit bibirku dan melihat ke sekeliling. Aku tahu apa yang dipikirkannya.
“Sekitar tengah hari… Sekitar waktu zuhur, kurasa,” jawabku perlahan. Masih ada sekitar dua jam lagi. Dia meletakkan tangannya di pahaku. Lalu digenggamnya tanganku dengan lembut. Aku menggigit bibirku dan menatapnya langsung di mata. “Orang akan datang nanti…” kataku khawatir. Pintu asrama masih terbuka, dan siapa pun bisa lewat dan melihat kami berdua.
Prita perlahan-lahan merayuku dan kemudian mencium lehernya. Secara sengaja, kaos yang kukenakan ditarik ke atas sehingga bahuku terlihat. Dia mencium dan menggigit bahuku dengan lembut. “Umm…” Aku mengerang. Tangannya terus meraba pahaku sebelum naik ke selangkanganku. Meraba vaginaku yang sudah berdenyut sejak tadi. Novel yang tadi kupegang kutaruh ke samping tanpa peduli sampai mana aku sudah membaca.
Sekarang giliran tanganku yang meraba pahanya. Aku mengusap dan merasakan betapa lembutnya pahanya di bawah celana tipis itu. Tidak sepertiku, Prita adalah orang yang berani mengenakan pakaian ketat dan sedikit menonjol. Ciuman Prita bergerak ke leherku. Kutletakkan kepalaku di kepala ranjang sambil Prita perlahan memanjat ke atas tubuhku. Sekarang dia duduk di atas tubuhku. Nafas kami semakin cepat. Mataku bertatapan dengan matanya, dan aku bisa melihat betapa coklatnya matanya sebelum dia mencium bibirku.
Kami berciuman seperti sepasang kekasih, lidah kami saling bertaut dengan ganas sambil mengerang di dalam mulut masing-masing. Tangan Prita yang pertama kali mencapai dadaku. Dadaku tidaklah sebesar Prita, tapi masih dianggap besar jika dibandingkan dengan teman sekamarku yang lain. Aku bisa merasakan jarinya meremas dan meraba, merasakan betapa lembutnya dadaku. Dan tanganku juga merayap ke pantatnya. Sengaja aku tampar sedikit karena kesal. Dia tertawa pelan meskipun kami masih berciuman.
Dan tiba-tiba kami mendengar suara sepatu yang menuju ke kamar kami, Prita cepat-cepat turun dari tubuhku dan aku cepat-cepat mengambil novel itu lagi. Seorang junior lewat di depan pintu sambil mengintip ke dalam dan melanjutkan perjalanannya. Kami terdiam seribu bahasa. Setelah junior itu pergi, aku dan Prita tertawa. Mataku bertatapan dengan matanya lagi, dan jelas sekali bahwa nafsu birahiku dan dia masih tinggi.
“Kunci gudang itu… Kamu masih menyimpannya, bukan?” tanyaku. Prita mengangguk. Sebagai pengawas dan anggota komite stor asrama, Prita diizinkan untuk menyimpan kunci tersebut, memungkinkan kami berdua menggunakan kamarku untuk… memenuhi hasrat kami.
Tanpa membuang waktu, kami langsung keluar dan menuju ke gudang yang terletak di ujung blok. Pintu ditutup dan dikunci dari dalam. Rak-rak yang biasanya dipenuhi dengan tas atau koper milik siswa sekarang kosong. Yang tersisa hanyalah beberapa barang cadangan asrama dan beberapa kasur cadangan yang ditumpuk. Tempat biasa aku dan Prita melakukan hal ini.
Prita langsung memelukku dan kemudian menciumku lagi. Bibir kami saling bertaut sekali lagi sambil tangan kami dengan cepat saling membuka pakaian satu sama lain. Prita menarik tanganku dan mendorongku ke atas kasur, membuatku membungkukkan pantatku padanya. “Umm… Nanti aku akan rindu vagina besar kamu ini,” katanya sambil menampar vaginaku. “Ahhh! Ummphh..” Aku mengerang sambil melihatnya langsung di mata dengan penuh gairah.
Dia menampar pantatku sekali lagi sebelum memanjat ke atas kasur bersamaku. pantatku diramasnya dengan puas sambil aku bisa merasakan ciuman dan lidahannya di seluruh pantatku. Dan Prita benar, pantatku adalah aset kebanggaanku. Tidak peduli apa pun jenis pakaian atau celana yang kupakai, pantatku yang bulat dan montok selalu terlihat menonjol.