Nafsu Liar Tante Indri - End
Kejadian ini terjadi sekitar enam tahun yang lalu, waktu itu Hendi masih berusia 24 tahun. Dia punya seorang tante bernama Indri yang umurnya waktu itu 36 tahun. Tante Indri adalah adik dari mamanya Hendi. Tante Indri sudah menjanda selama lima tahun. Dari perkawinannya dengan almarhum suaminya, dia tidak dikaruniai anak. Tante Indri melanjutkan usaha peninggalan dari almarhum suaminya. Dia tinggal di salah satu perumahan yang tidak jauh dari rumah Hendi, bersama pembantunya, Mbak Inah. Menurut Hendi, Tante Indri ini orangnya seksi sekali. Payudaranya besar dengan ukuran 36C, tingginya sekitar 175 cm, dengan kaki langsing seperti peragawati dan perutnya rata karena belum pernah punya anak. Hal ini membuat Hendi sering ke rumahnya dan betah berlama-lama di sana kalau sedang ada waktu.
Sehari-harinya, Hendi cuma mengobrol dengan Tante Indri yang seksi dan supel. Tante Indri tidak canggung cerita-cerita dengan Hendi. Dari cerita Tante Indri, Hendi bisa tebak bahwa dia orangnya kesepian sekali sejak suaminya meninggal. Maka Hendi berupaya menemaninya dan sekalian ingin melihat tubuh seksinya. Setiap kali melihat tubuh Tante Indri yang seksi, Hendi selalu terangsang dan melampiaskannya dengan onani sambil membayangkan tubuhnya. Kadangkala, timbul pikiran kotornya ingin bersetubuh dengannya, tapi dia tidak berani berbuat macam-macam terhadap Tante Indri. Dia takut nanti Tante Indri akan marah dan melaporkannya ke orang tuanya.
Hari demi hari, keinginan Hendi untuk bisa mendapatkan Tante Indri semakin kuat saja. Kadang-kadang, dia memergoki Tante Indri saat habis mandi, yang hanya memakai lilitan handuk saja. Melihatnya, jantung Hendi deg-degan rasanya, ingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang-kadang juga, Tante Indri sering memanggilnya ke kamar untuk mengancingkan baju dari belakang. Benar-benar memancing gairah Hendi.
Sampai pada malam itu, tepatnya malam minggu. Hendi sedang malas keluar bersama teman-teman dan dia pun pergi ke rumah Tante Indri. Sesampai di rumahnya, Tante Indri baru akan bersiap makan dan sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah. Mereka pun saling bercerita. Tiba-tiba hujan turun deras sekali dan Tante Indri memintanya menginap saja di rumahnya malam itu serta memberitahu orang tuanya bahwa dia akan menginap di rumah Tante Indri berhubung hujan deras sekali.
“Di, tante mau tidur dulu ya, udah ngantuk, kamu udah ngantuk belum?” katanya sambil menguap.
“Belum, Tante,” jawab Hendi.
“Oh ya Tante, Hendi boleh pakai komputernya nggak, mau cek email bentar,” tanyanya.
“Boleh, pakai aja,” jawab Tante Indri lalu menuju kamarnya.
Lalu Hendi memakai komputer di ruang kerja dan mengakses situs porno. Tanpa sadar, dia mengeluarkan kemaluannya yang sudah tegang sambil melihat gambar wanita setengah baya bugil. Kemudian, dia elus-elus batang kemaluannya sampai tegang sekali berukuran sekitar 15 cm karena sudah terangsang sekali. Tanpa disadari, tahu-tahu Tante Indri masuk menyelonong begitu saja tanpa mengetuk pintu. Saking kagetnya, Hendi tidak sempat menutup batang kemaluannya yang sedang tegang itu. Tante Indri sempat terbelalak melihat batang kemaluannya yang sedang tegang hingga langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis.
“Hayoo lagi ngapain kamu, Di?” tanyanya.
“Ah, nggak apa-apa Tante, lagi cek email,” jawab Hendi sekenanya. Tapi Tante Indri sepertinya sadar kalau saat itu Hendi sedang mengelus-elus batang kemaluannya.
“Ada apa sih Tante?” tanyanya.
“Ah nggak, Tante cuma pengen ajak kamu temenin Tante nonton di kamar,” jawabnya.
“Oh ya sudah, nanti saya nyusul ya Tante,” jawab Hendi.
“Tapi jangan lama-lama yah,” kata Tante Indri lagi.
Setelah itu, Hendi berupaya meredam ketegangan batang kemaluannya. Lalu, dia beranjak menuju ke kamar Tante Indri dan menemani Tante Indri nonton film horor yang kebetulan juga banyak mengumbar adegan-adegan syur.
Melihat film itu, Hendi langsung salah tingkah. Soalnya, batang kemaluannya langsung bangkit lagi. Malah Tante Indri sudah memakai baju tidur yang tipis dan gilanya dia tidak memakai bra karena Hendi bisa melihat puting susunya yang agak mancung ke depan. Gairah Hendi memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi dia tidak berani berbuat macam-macam. Batang kemaluannya semakin tegang saja sehingga terpaksa dia bergerak-gerak sedikit guna membetulkan posisinya yang miring. Melihat gerakan-gerakan itu, Tante Indri rupanya langsung menyadari sambil tersenyum ke arah Hendi.
“Lagi ngapain sih kamu, Di?” tanyanya sambil tersenyum.
“Ah nggak apa-apa kok, Tante,” jawab Hendi malu. Sementara itu, Tante Indri mendekati Hendi sehingga jarak mereka semakin dekat di atas ranjang.
“Kamu terangsang yah, Di, lihat film ini?”
“Ah nggak Tante, biasa aja,” jawab Hendi mencoba mengendalikan diri.
Bisa dilihatnya payudara Tante Indri yang besar menantang di sisinya. Ingin rasanya dihisap-hisap sambil digigit putingnya. Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan oleh Hendi saja, Tante Indri pun rupanya sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu.
“Menurut kamu Tante seksi nggak, Di?” tanyanya.
“Wah seksi sekali Tante,” kata Hendi.
“Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan payudaranya sehingga terlihat semakin membesar.
“Wah seksi Tante dong, abis bodynya Tante bagus sih,” kata Hendi.
“Ah masa sih?” tanyanya.
“Iya benar Tante, swear,” kata Hendi.
Jarak mereka semakin merapat karena Tante Indri terus mendekatkan tubuhnya pada Hendi, lalu dia bertanya lagi.
“Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama Tante.”
“Mau Tante,” Ah, seperti ketiban durian runtuh, kesempatan ini tentu tidak akan disia-siakan. Langsung saja Hendi memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada Tante Indri.
“Wah barang kamu lumayan juga, Di,” katanya.
“Ah Tante bisa aja. Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih. Sampe saya gemes deh ngeliatnya,” kata Hendi.
“Ah nakal kamu yah, Di,” jawab Tante Indri sambil meletakkan tangannya di atas kemaluan Hendi.
“Waahh jangan dipegangin terus Tante, ntar bisa tambah gede loh,” kata Hendi.
“Ah yang benar nih?” tanyanya.
“Iya Tante. Eh, eh aku boleh pegang itu nggak Tante?” kata Hendi sambil menunjuk ke arah payudara Tante Indri yang besar itu.
“Ah boleh aja kalo kamu mau,” jawab Tante Indri.
Wah kesempatan besar, tapi Hendi agak sedikit takut, takut Tante Indri marah tapi tangan si Tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluannya sehingga dia memberanikan diri untuk mengelus payudaranya.
“Ahh, enak Di.. Kamu nakal ya,” kata Tante Indri sembari tersenyum manis ke arah Hendi. Spontan Hendi melepaskan tangannya.
“Loh kok dilepas sih Di?” tanyanya.
“Ah takut Tante marah,” kata Hendi.
“Oooh nggak lah, Di.. Kemari deh.”
Tangannya digenggam Tante Indri, kemudian diletakkan kembali di payudaranya sehingga Hendi pun semakin berani meremas-remas payudaranya.
“Aarrhh.. Sshh,” rintihnya hingga semakin membuat Hendi penasaran.
Lalu Hendi mencoba mencium Tante Indri. Sungguh di luar dugaannya, Tante Indri menyambut ciumannya dengan beringas. Mereka lalu berciuman dengan nafsu sekali sambil tangannya bergerilya di payudara yang seksi itu.
“Ahh kamu memang hebat Di.. Terusin Di.. Malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama Tante yah.. Arrhh.. Arrhh.”
“Tante, aku boleh buka baju Tante nggak?” tanyanya.
“Oohh silakan Di,” sambutnya.
Dengan cepat, Hendi membuka bajunya sehingga payudaranya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan matanya. Langsung saja dijilat-jilat payudaranya yang memang dia kagumi itu.
“Arrgghh.. Arrgghh,” lagi-lagi Tante Indri mengerang-erang keenakan.
“Teruuss.. Teruuss Di.. Ahh enak sekali..”
Lama Hendi menjilati puting Tante Indri sampai tanpa sadar batang kemaluannya mulai mengeluarkan cairan bening pelumas. Dia melihat tangan Tante Indri mengelus klitorisnya, jadi dia langsung mengarahkan tangan ke celana Tante Indri untuk melepasnya.
“Aahh buka saja, Di.. Ahh,” nafas Tante Indri terengah-engah menahan nafsu. Hendi seperti kesetanan langsung membuka celana dalam Tante Indri dan menciumnya. Sekarang Tante Indri sudah bugil total. Dia melihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu, lalu perlahan memasukkan jarinya untuk menerobos liang yang sudah basah itu.
“Arrhh.. Sshh.. Enak, Di.. Enak sekali,” jerit Tante Indri. Setelah puas jarinya bergerilya, Hendi mendekatkan mukanya ke liang Tante Indri untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin dan mengkilap itu. Dengan nafsu, dia menjilati liang kemaluan Tante Indri dengan lidahnya naik turun seperti mengecat. Tante Indri semakin kelabakan, menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil meremas payudaranya.
“Aah.. Sshh, Tante udah nggaakk tahan lagi.. Tante udah mau keluar.. Ohh,” dengan semakin cepat Hendi menjilati klitorisnya dan mencobloskan jarinya ke liang yang semakin basah. Beberapa saat kemudian tubuh Tante Indri bergerak liar, seperti akan orgasme. Hendi mempercepat jilatannya dan tusukan jarinya sehingga Tante Indri merasa keenakan sekali dan menjerit.
“Oohh.. Aarrhh.. Tante udah keluar, Di.. Ahh,” jerit Tante Indri kecil sambil menggoyangkan pantatnya. Lidah Hendi masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya dijilati sampai habis. Kemudian tubuh Tante Indri tenang seperti lemas sekali.
“Wah ternyata kamu hebat sekali, Tante sudah lama tidak merasakan kepuasan ini, loh,” ujar Tante Indri sambil mencium bibir Hendi, membuat cairan dari bibir Hendi ikut belepotan ke bibir Tante Indri. Sementara itu, batang kemaluan Hendi yang masih tegang dielus-elus oleh Tante Indri, dan Hendi masih memilin-milin puting Tante yang semakin keras itu.
“Aahh,” desah Tante Indri sambil terus mencumbu bibir Hendi. “Sekarang giliran Tante. Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh Tante,” kata Tante Indri. Tangan Tante Indri segera menggerayangi batang kemaluan Hendi lalu digenggam erat sehingga agak terasa sakit tapi Hendi diam saja karena terasa enak diremas-remas oleh tangan Tante Indri. Hendi juga tidak mau kalah, tangannya terus meremas payudara Tante Indri yang indah itu. Rupanya Tante Indri mulai terangsang kembali ketika tangan Hendi meremas payudaranya, sesekali dijilati putingnya yang sudah tegang itu. Seakan-akan seperti orang kelaparan, Hendi mengulum puting susu Tante Indri terus sampai Tante Indri semakin blingsatan.
“Aahh kamu suka sekali sama dada Tante yah, Di?”
“Iya Tante, abis tetek Tante bentuknya sangat merangsang sih. Terus besar tapi masih tetap kencang.”
“Aahh kamu memang pandai muji orang, Di,” sahut Tante Indri.
Sementara itu, tangan Tante Indri masih terus membelai batang kemaluan Hendi yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok, hanya dielus-elus. Lalu Tante Indri mulai mencium dada Hendi terus turun ke arah selangkangannya sehingga Hendi pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai akhirnya Tante Indri berjongkok di bawah ranjang dengan kepala mendekati batang kemaluannya. Sedetik kemudian, Tante Indri mulai mengecup kepala batang kemaluan Hendi yang telah mengeluarkan cairan bening pelumas dan meratakannya ke seluruh kepala batang kemaluan Hendi dengan lidahnya.
Hendi benar-benar merasakan nikmatnya service yang diberikan oleh Tante Indri. Lalu Tante Indri mulai membuka mulutnya dan memasukkan batang kemaluan Hendi ke dalam mulutnya sambil menghisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluan Hendi sehingga basah oleh ludahnya. Setelah beberapa menit melakukan hisapan, Hendi mulai merasakan desiran-desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluannya. Dia mengangkat Tante Indri, kemudian mendorongnya perlahan sehingga dia telentang di atas ranjang. Dengan penuh nafsu Hendi mengangkat kaki Tante Indri sehingga dia mengangkang tepat di depannya.
“Aahh, Di, ayolah masukin batang kemaluan kamu ke Tante yah. Tante udah nggak sabar mau ngerasain memek Tante disodok-sodok sama batangan kamu itu.”
“Iiyaa, Tante,” kata Hendi.
Lalu Hendi mulai membimbing batang kemaluannya ke arah lubang kemaluan Tante Indri tapi dia tidak langsung memasukkannya, melainkan menggesek-gesekkannya terlebih dahulu ke bibir kemaluan Tante Indri sehingga Tante Indri lagi-lagi menjerit keenakan.
“Aahh.. Aahh.. Ayolah, Di, jangan tanggung-tanggung masukin,” kata Tante Indri.
Lalu Hendi mendorong masuk batang kemaluannya. Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluannya sehingga agak sulit memasukkan batang kemaluannya yang sudah tegang sekali itu.
“Aahh.. Sshh.. Oohh pelan-pelan, Di.. Terus-terus.. Aahh,” desah Tante Indri.
Hendi mulai mendorong kepala batang kemaluannya ke dalam liang kemaluan Tante Indri sehingga dia merasakan kenikmatan yang luar biasa saat batang kemaluannya sudah masuk semuanya. Kemudian, Hendi mulai memompa batang kemaluannya dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Indri ikut bergoyang. Rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat Tante Indri menjadikan batang kemaluannya seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu, dan rasanya seperti empotan ayam. Sementara itu, Hendi terus menjilati puting dan leher Tante Indri yang dibasahi keringat. Tangan Tante Indri mendekap pantat Hendi keras-keras sehingga kocokan yang diberikan Hendi semakin cepat lagi.
“Oohh.. Sshh.. Di.. Enak sekali.. Oohh.. Ohh..,” mendengar rintihan Tante Indri, Hendi semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini.
“Aahh.. Cepat, Di, Tante mau keluar.. Aahh,” tubuh Tante Indri kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik. Rupanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang sedang merojok-rojok liang kemaluannya.
“Aahh.. Sshh.. Sshh,” desah Tante Indri, lalu tubuhnya kembali tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya.
“Wahh, kamu memang hebat, Di. Tante sampai keok dua kali sedangkan kamu masih tegar.”
“Iiyaa, Tante. Bentar lagi juga Hendi keluar nih,” ujar Hendi sambil terus menyodok liang kemaluan Tante Indri yang berdenyut-denyut itu.
“Aahh, enak sekali, Tante.. Aahh..”
“Terusin, Di.. Terus.. Aahh.. Sshh,” erangan Tante Indri membuat Hendi semakin kuat merojok-rojok batang kemaluannya dalam liang kemaluan Tante Indri.
“Aauuhh, pelan-pelan Di, aahh.. Sshh.”
“Aduh, Tante, bentar lagi aku udah mau keluar nih,” kata Hendi.
“Aahh.. Di.. Keluarin di dalam aja yah.. Aahh.. Tante mau ngerasain.. Ahh.. Shh.. Mau rasain siraman hangat peju kamu..”
“Iiyyaa.. Tante..”
Lalu Hendi mengangkat kaki kanan Tante Indri sehingga posisi liang kemaluannya lebih menjepit batang kemaluannya.
“Aahh.. Oohh.. Aahh.. Sshh.. Tante, Hendi mau keluar nih.. Ahh,” lalu Hendi memeluk Tante Indri sambil meremas-remas payudaranya. Sementara itu, Tante Indri memeluk Hendi kuat-kuat sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.
“Aahh, Tante juga mau keluar lagi aahh.. Sshh,” lalu dengan sekuat tenaga Hendi merojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maninya yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat.
“Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott..”
“Aahh, enak sekali Tante.. Aahh.. Ahh,” selama dua menitan Hendi masih menggumuli tubuh Tante Indri untuk menuntaskan semprotan maninya. Lalu Tante Indri menbelai-belai rambut Hendi.
“Ah kamu ternyata seorang jagoan, Di.”
Setelah itu, Tante Indri mencabut batang kemaluan Hendi dari liang kemaluannya kemudian memasukannya kembali ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya. Ah, ngilu rasanya batang kemaluannya dihisap olehnya. Kemudian mereka berdua pun tidur saling berpelukan. Malam itu mereka melakukannya sampai tiga kali
Setelah kejadian itu, mereka sering melakukan hubungan seks, kadang-kadang meniru gaya-gaya dari film porno. Hubungan mereka berlangsung selama dua tahun hingga akhirnya diketahui oleh orang tua Hendi. Karena merasa malu, Wilda pun pindah ke Jakarta dan menjalankan usahanya di sana. Hendi benar-benar sangat kehilangan Wilda, dan sejak kepindahannya, Wilda tidak pernah menghubunginya lagi.