Kumpulan Cersex Di Bus - Bab 3-2
Setelah Intan selesai mandi, dia keluar cuma pakai kaos longgar putih tanpa bra dan celana hot pants yang hampir ketutupan kaosnya. Aku pikir dia nggak pakai celana. Nggak lama, bel kamar berbunyi, ternyata petugas pengantar makanan udah dateng. Kami makan bersama sambil ngobrol-ngobrol lebih dalam.
Ternyata Intan anak kedua dari tiga bersaudara. Bulan Januari tahun lalu, dia seharusnya lamaran, tapi calon suaminya ketahuan selingkuh, dan Intan putusin dia. Sejak kejadian itu, dia nggak mau menjalin huIntann serius sama cowok, apalagi teman-teman kantornya cuma lihat dia dari fisik aja. Aku minta izin menginap di apartemennya karena besok pagi harus ke kantor untuk meeting.
Bodoh banget calon suaminya selingkuh sama cewek cantik begini, pikirku. Setelah makan, kami ngerokok bareng, kebetulan rokok kami sama. Setelah merokok, Intan naik ke tempat tidur nonton TV, sedangkan aku sibuk cari charger handphone dan bongkar-bongkar tas.
‘Ngapain sih kamu sibuk amat? Aku di-cuekin gini,’ kata Intan.
Aku kaget dan langsung nyusul dia di kasur. Kami ngobrol sebentar, lalu aku tanya, ‘Kamu sering bawa cowok ke sini?’
Dengan refleks, Intan menampar pipiku dan bilang, ‘Kamu pikir aku perek?’
Aku kaget dan minta maaf karena udah ngomong kasar. Dia cerita kalau pacarnya ketahuan selingkuh karena nggak mau diajak berhuIntann badan. Aku tanya, ‘Emangnya selama ini kamu pacarannya sejauh mana?’
‘Paling cuma petting, oral, kissing aja. Tapi malam ini aku mau ngebales pacar aku dengan cara ML sama kamu!’ jawabnya.
Aku kaget denger jawabannya. Tanpa aba-aba, dia melumat bibirku dengan buas, memasukkan lidahnya ke mulutku. Aku balas ciumannya. Tangan Intan meremas kontolku dan melepaskan handukku, mengocok dengan buas.
Aku cabut bibirku dan bilang, ‘Pelan-pelan, sayang. Jangan buru-buru dong.’
‘I don’t care, honey. Aku mau cepet-cepet ngerasain kontol kamu,’ jawabnya.
Kami saling melumat bibir lagi, dia menindih badanku, lalu aku buka bajunya dan celana hot pants-nya. Sekarang, aku bisa lihat isi bra 34D-nya, bulat kencang dan mengagumkan. Putingnya pink kecoklatan, menonjol sempurna. Birahiku semakin memuncak. Aku isep belahan dadanya, lalu ke bagian kiri, jilat dan sedot putingnya yang udah menegang.
‘Uuuuhhhhhh aaaahhhhhhh sssssttttttt ahhhhhh seeeebbeellaahh nnyaa juggaa ssaaayyaannggg,’ Intan mendesah nikmat. Aku sedot dadanya yang kanan sambil remas dadanya yang kiri. Aku jilat terus, Intan mendesah semakin keras, ‘Uuuuhhhhhh aaaahhhhhhh sssssttttttt ahhhhhh oooohhhh eennaakkk banggetttttt,’ sambil menggesek-gesekkan pantatnya ke kontolku.
Tanpa sadar, dia buka celana dalamnya dan megang kontolku yang udah mengacung ke atas. Aku raih tangannya dan tahan.
‘Masukin, Reza, please… Aku nggak tahan, udah basah banget sumpah,’ pintanya.
Aku angkat badannya, sekarang posisi Missionary. Aku jilat dadanya kiri-kanan, terus turun ke bawah ke pusar, lalu jilat vaginanya sambil remas dadanya yang kiri.
‘Ehhh mau ngapaiinnn kamuu?? Aahhhhhh uuuuhhhhhh aaakkkuuu dii apaaaaiiinnn ssaayaannnggg ooohhhhh uuuuhhhh,’ Intan mendesah. Aku jilat vaginanya yang botak, nggak ada bulu sama sekali. Aku cari klitorisnya, mainin pakai lidah. Nggak lama, Intan menjepit kepalaku dengan kedua pahanya, badannya bergetar, pantatnya sedikit naik ke atas sambil teriak, ‘Uuuuhhhhhh sseeeehhhh oooooooohhhhhh akkkuu kkeellluuaaaaaarrrrrrr.’ Dia orgasme yang pertama.
Intan nggak mau kalah, dia narik dan rebahin aku. Dia megang kontolku, mengocoknya, terus ngulum kontol, kantung zakar, dan lobang anusku. Tapi kontolku cuma setengah yang masuk ke mulutnya, aku paksa masuk semuanya, sampai Intan mau muntah dan matanya berair.
Sambil nikmatin sedotannya, Intan lepas isapannya dan pergi ke arah meja rias. Aku bilang, ‘Oh, sayang, jangan bikin aku kentang lagi dong..’
Dia tertawa kecil, terus cari sesuatu di lacinya. Nggak lama, Intan balik ke kasur dan hisap kontolku lagi. Ternyata dia ambil meteran pengukur baju.
Iseng banget nih cewek, pikirku. Dia ukur kontolku, ternyata panjangnya 18,7 cm dan diameternya 5,3 cm. Intan kaget dan bilang, ‘Reza, punya kamu gede banget, bener-bener keturunan Arab.. Bisa masuk nggak ya di vaginaku?’
Aku cium bibirnya dan bilang, ‘Pasti masuk, sayang. Kamu nggak penasaran?’
Dia cuma tersenyum sambil terus mengocok kontolku. Aku rebahin dia dengan posisi Missionary lagi, arahkan kontolku ke vaginanya. Susah banget rasanya menembus pertahanan vaginanya, padahal udah banjir akibat orgasme pertamanya.
Pelan-pelan, aku gesek-gesekkan kepala kontolku ke vaginanya. Intan mendesah, ‘Aaahhhhhhh aaahhhhhhh masukkiiinnnn sayaanngggggg cepeettaaannn.’
Perlahan tapi pasti, aku masukin kontolku. Kepala kontolku udah masuk, terus setengah kontolku masuk, tapi Intan menjerit, ‘Uuuuuuhhhh sakiitttt sayaannggggg.’
Aku berhenti sebentar, tapi pantatku didorong kakinya, akhirnya bleeesssss kontolku amblas di vaginanya. Aku diamkan dulu sebentar, rasanya vaginanya memijat-mijat kontolku. Aku lihat Intan meneteskan air mata, lalu aku cium kening dan bibirnya.
‘Reza, jangan tinggalin aku yaaa,’ pintanya.
‘Iya, sayang,’ jawabku.
Aku mulai kocok kontolku maju mundur, lihat darah di kontolku menetes ke sprei kasur. Ternyata dia masih perawan. Aku kocok dengan kecepatan sedang, remas-remas dadanya. Intan mendesah nikmat, ‘Uuuuhhhhhh sseeeehhhh oooooooohhhhhh yyeeeaaahhhh terruuusss ssaaayyyaaanggg.’ Dia jambak-jambak rambutku.
Aku percepat tempo permainan, Intan mendesah semakin keras, ‘Ooooooooohhhhhh yyeeeaaahhhh terruuusss laaaggiiiii ssayyyaaannggg laaggiiiii.’ Intan orgasme yang kedua, terasa sekali denyutan dan semburan cairan vaginanya. Aku istirahat sebentar.
Aku ubah gaya jadi Woman on Top. Intan arahkan kontolku ke vaginanya, agak susah lagi masukinnya, tapi pelan-pelan akhirnya blesss amblas kontolku ke vaginanya. Rasanya preeet banget, ngegrip banget vaginanya. Intan gerakin badan naik turun, maju mundur, kayak lagi naik kuda. Nikmat banget rasanya.
‘Uuuuhhhhhh sseeeehhhh oooooooohhhhhh yyeeeaaahhhh,’ Intan mendesah. Aku ikutan mendesah sambil isep dadanya kiri-kanan bergantian, ‘Uuuuhhhhhh oooooooohhhhhh yyeeeaaahhhh teruuusss saayyannggg llebihh cepaaattt lagiii.’
Intan mempercepat goyangannya, semakin cepat dan cepat, sampai sprei, selimut, dan bantal berjatuhan dari kasur. Tempat tidur bunyi-bunyi ngekkk-ngekkk. Intan orgasme yang ketiga, dia jatuh di dadaku, lemas tak berdaya karena tempo goyangannya yang cepat banget. Aku istirahat sebentar.
‘Sayang, kamu kok nggak keluar-keluar sih? Kuat banget, aku suka.. Ayo bikin aku lemes se-lemes-lemesnya kalau bisa,’ pintanya.
Aku arahkan dia nungging di kasur, aku berdiri di lantai. Posisi Doggy Style favoritku. Aku genjot terus menerus, Intan mendesah keras, ‘Aahhhhh uuuuhhhhhh sseeeehhhh oooooooohhhhhh yyeeeaaahhhh teeerruuuss ssaaayyyannnggg jaannggaann bberrhheenntiiiiiiii….’ Aku pukul-pukul pantatnya sampai kemerah-merahan, ‘Sseeeehhhh oooooooohhhhhh yyeeeaaahhhh tteerruusss aaaahhhhh aaakkuuu mmaaauu kkeelluuaarrr nniikkkoooo.’
Aku terus genjot tanpa henti, tangan aku mainin dadanya yang bergerak liar maju mundur. Intan menjerit, ‘Rezaaa akkkuu keeluuaarrrrr stooppp aaahhhhhh duuuluuu ooouuuhhh.’ Aku terus genjot tanpa berhenti, dia orgasme yang keempat. Aku terus genjot, Intan mencapai multiple orgasme, lalu dia tergeletak di kasur. Aku cabut kontolku dan muncratkan mani di punggungnya.
Aku lihat aliran sperma keluar dari vaginanya terus-menerus, sampai jatuh ke kasur. Nggak sadar, udah jam 12:57 malam. Kami main lumayan lama, kasur apartemen Intan berantakan banget. Intan bangun, cium bibirku, dan bilang, ‘Jangan pernah tinggalin aku atau selingkuh, mulai sekarang kita pacaran!’ Nada suaranya tegas dan serius.
Aku cuma tersenyum dan bilang, ‘Iya, sayang,’ sambil balas ciumannya.
Kami bersih-bersih badan dan kasur, terus tertidur lelap sambil berpelukan dan telanjang.
Jam 7:30 pagi, Intan membangunkan aku dengan memainkan kontolku seperti tongkat persneling mobil, terus di-oral sampai aku bangun. Nggak sia-siakan kesempatan, kami main lagi di kamar mandi sambil mandi bareng.
Setelah mandi, kami sarapan. Entah kenapa, setan apa yang merasuki kami, kami main lagi sampai jam 10:15. Aku berangkat ke kantor dengan lemas, ditemani pacar baru yang nggak mau lepas dari aku.
Ternyata, Intan anak dari keluarga berkecukupan. Apartemen itu memang punya dia. Dia kerja cuma buat status aja, udah ngantongi ijazah S2 dari universitas ternama di Jakarta.
Mulai malam itu, aku tinggal di apartemen bareng Intan. Kami main kapan aja, coba berbagai gaya di ruang tamu, kamar mandi, mobil, dan dimanapun ada kesempatan. Kadang kalau hari libur, kami main dari pagi non-stop. Pernah kami main dari pagi sampai Intan pingsan. Emang cewek hyper nih.”