Kakak, Ajari Aku - Bab 02
Malam itu, aku tak bisa tidur. Rasanya gelisah dan tubuhku terasa panas. Di kamarku, meskipun kipas angin berputar dengan kencang, keringat tetap mengalir di pelipis. Pikiranku terus melayang ke Bella, kakakku. Bagaimana tidak, sudah beberapa malam ini kami melakukan sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sesuatu yang terlarang, tapi juga membuatku kecanduan.
Kuraih ponselku dan melihat jam. Pukul 01.50. Sebentar lagi. Aku tahu Bella biasanya membiarkan pintu kamarnya tidak terkunci. Dia mengerti, sekitar jam 2 malam aku akan datang, menguncinya, dan kami akan bersama-sama menikmati malam yang panjang.
Perlahan aku bangkit dari tempat tidur, memastikan langkahku tidak menimbulkan suara. Aku membuka pintu kamarku dan mengintip keluar. Sepi, hanya terdengar desiran angin luar dan suara jam dinding berdetak. Dengan hati-hati, aku melangkah menuju kamar Bella. Pintu kamar yang sedikit terbuka itu seolah mengundangku masuk.
Kumasuki kamar Bella dan langsung mengunci pintu. Bella sudah menungguku di tempat tidurnya, dengan piyama tipis yang menampakkan lekuk tubuhnya. Matanya berbinar, tersenyum melihat kedatanganku. “Adek, udah nggak sabar ya?” tanyanya pelan, menggoda.
Aku hanya tersenyum, mendekat dan duduk di tepi ranjang. “Iya, Kak. Aku nggak bisa tidur tadi. Pikiranku terus ke sini.”
Bella menarikku ke pelukannya. “Sama, Kakak juga nggak bisa tidur. Pikiranku penuh sama kamu, Dek.” Tangannya mulai membelai rambutku, kemudian turun ke leher dan dada. Sentuhannya lembut tapi penuh gairah.
Kami mulai berciuman, bibir kami saling melumat. Tanganku mengelus punggungnya, merasakan kulit halusnya di bawah piyama. Bella semakin mendekapku erat, bibirnya berpindah ke leherku, memberikan ciuman dan gigitan kecil yang membuatku menggigil.
Setelah beberapa saat, Bella mendorong bahuku lembut, menyuruhku berbaring di tempat tidur. Dia merayap naik di atasku, matanya tidak pernah lepas dari mataku. “Adek, kamu tahu nggak, Kakak suka banget sama kamu. Kakak nggak bisa berhenti mikirin kamu.”
Aku tersenyum, merasakan hal yang sama. “Aku juga, Kak. Kamu yang terbaik buatku.”
Piyama Bella sudah mulai tersingkap, menampakkan tubuhnya yang sempurna. Dia menariknya sepenuhnya, membiarkannya jatuh ke lantai. Aku mengagumi keindahannya, sebelum dia menarik bajuku dan melepaskannya. Kami kini sama-sama telanjang, kulit kami bersentuhan, panas tubuh kami saling menyalur.
Bella duduk di atas tubuhku, mengarahkan penisku ke memeknya. Saat dia perlahan duduk, aku merasakan kehangatan dan kelembutannya menyelimutiku. Kami berdua mengeluarkan desahan panjang saat tubuh kami menyatu. “Kak… rasanya enak banget…” bisikku.
“Iya, Dek… Kakak juga…” Bella mulai bergerak perlahan, naik turun di atas tubuhku. Tanganku menggenggam pinggangnya, memandunya. Gerakannya sensual dan penuh gairah. Setiap sentuhan, setiap gerakan, membuat tubuhku semakin panas.
Kami terus bergerak bersama, menikmati setiap detik yang berlalu. Bella semakin cepat, desahannya semakin keras. “Dek… Kakak mau keluar…” katanya dengan suara tertahan.
“Iya, Kak… Aku juga…” balasku. Kami mencapai puncak bersama-sama, tubuh kami bergetar hebat. Bella menjerit kecil, kemudian jatuh di atas tubuhku, napasnya terengah-engah.
Kami berbaring sejenak, menikmati kehangatan tubuh satu sama lain. Tapi gairah kami belum padam. Bella bangkit, menatapku dengan mata yang penuh hasrat. “Adek, masih mau lagi?”
Aku tersenyum, mengangguk. “Iya, Kak. Aku mau lagi.”
Bella menarikku bangkit, membimbingku ke tepi ranjang. Dia berbalik, menundukkan tubuhnya, memegang tepian ranjang. Aku mengerti maksudnya. Aku mendekat, mengarahkan penisku ke memeknya dari belakang. “Kak… siap?” tanyaku.
“Siap, Dek… masukin…” jawabnya.
Aku memasukkan penisku perlahan, merasakan kehangatan menyelimutiku lagi. Bella mengeluarkan desahan panjang. “Uhhh… Dek… enak banget…”
Aku mulai bergerak perlahan, memaju-mundurkan pinggulku. Tanganku memegang pinggang Bella erat, memandunya. Setiap gerakan membuat kami semakin tenggelam dalam kenikmatan. Bella terus mendesah, memanggil namaku. “Dek… Dek… lebih cepat…”
Aku mempercepat gerakanku, merasakan tubuhku semakin panas. Bella semakin keras mendesah, tubuhnya bergetar. “Dek… Aku mau keluar lagi…”
Aku juga merasakan hal yang sama. “Iya, Kak… Aku juga…” Kami mencapai puncak kedua kalinya, tubuh kami bergetar bersama. Bella jatuh di atas ranjang, napasnya terengah-engah. Aku ikut berbaring di sampingnya, merasakan kehangatan tubuhnya.
“Kakak… kamu luar biasa…” bisikku.
“Kamu juga, Dek… Aku nggak pernah merasa sepuas ini…” jawab Bella, matanya berbinar.
Kami berbaring sejenak, sebelum gairah kami kembali membara. Bella bangkit, menarikku ke pelukannya. “Dek… masih mau lagi?”
Aku tersenyum, mengangguk. “Iya, Kak. Aku nggak pernah cukup sama kamu.”
Bella menciumku lagi, tangannya menjelajahi tubuhku. Kami kembali terhanyut dalam gairah yang tak terpadamkan. Malam itu, kami melakukannya sampai empat kali, setiap kali semakin intens dan penuh gairah. Kami terjatuh dalam pelukan satu sama lain, lelah tapi puas.
Saat fajar mulai menyingsing, kami berbaring di tempat tidur, tubuh kami saling berpelukan. “Dek… terima kasih untuk malam ini. Kamu yang terbaik buat Kakak,” bisik Bella.
“Aku juga, Kak. Kamu yang terbaik buatku. Aku nggak akan pernah melupakan malam ini,” jawabku.
Kami berdua tahu, hubungan ini terlarang. Tapi kami juga tahu, kami tidak bisa hidup tanpa satu sama lain. Gairah dan cinta yang kami rasakan terlalu kuat untuk diabaikan. Kami akan terus bersama, menikmati setiap malam yang panjang, tenggelam dalam hasrat yang tak terpadamkan.
Sekarang pun kami masih selalu melakukannya jika ada kesempatan, untuk menyetor jatah spermaku ke memeknya. Saat ini aku mulai berani menelan sperma yang dikeluarkan oleh kakakku sendiri! Beginilah cerita sex sedarah yang kami lakukan sampai sekarang! Terus terang aku kecanduan ngentot ama kakakku!