Kakak, Ajari Aku - Bab 01
Gue anak kedua dari tiga bersaudara. Gue punya kakak perempuan, Bella, dan adik laki-laki beda 10 tahun. Kami sangat dimanja oleh orang tua, jadi tingkah laku kaka gue yang tomboy dan suka maksa pun nggak pernah dilarang. Begitu juga dengan gue yang nggak mau disunat walaupun udah kelas 2 SMP.
Waktu kecil, gue sering mandi bareng Bella, tapi sejak dia masuk SD, kami nggak pernah mandi bareng lagi. Walaupun begitu, gue masih ingat betapa kecil dan keriputnya penis gue waktu itu. Sampai suatu hari, Bella sedang asyik telpon dengan temannya. Dia telpon berjam-jam, kadang ketawa kadang serius. Sampai akhirnya, dia kebelet pipis. Bella buru-buru letakkan gagang telpon dan lari ke toilet.
“Hallo! Siapa di dalam? Buka dong! Udah nggak tahan!” Bella berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
“Iyaaaa! Tunggu!” jawab gue dari dalam.
“Nggak bisa nunggu! Cepetan!” Bella memaksa.
Gue buka sedikit pintu toilet, “Ada apa sih, Kak?”
Tanpa menjawab, Bella langsung nyerobot masuk, jongkok, menaikkan roknya dan membuka celana dalamnya. Air seni keluar dari memeknya. Gue yang berdiri di depan dia, masih telanjang bulat.
“Yah! Sopan dikit napa, Kak?” teriak gue sambil melotot.
“Udah nggak kuat nih,” jawab Bella.
Gue sebenarnya nggak mau menurunkan pandangan, tapi sialnya, gue Bellat juga memek Bella yang lagi pipis. Gue cepat-cepat naikin pandangan gue ke matanya, tapi ternyata dia juga udah Bellat penis gue yang belum disunat dan mulai mengeras.
“Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikit,” pikir gue.
“Kurang ajar lu ya, Dik!” Bella langsung berdiri, mengambil gayung dan melemparkan ke gue. Kepala gue kena pukul, tapi air kencing Bella kena rok dan celana dalamnya.
“Ya… basah deh rok kakak,” kata gue.
“Makanya jangan masuk seenaknya!” jawab Bella sambil mengambil gayung dari tangan gue.
“Mandi lagi ah,” lanjut gue sambil menyiduk air dan menyiram badan.
Gue mulai mandi lagi, mengambil sabun dan mengusap ke badan. Waktu itu, Bella bingung mau gimana. Mau keluar, tapi jijik pake rok dan celana dalam yang basah. Akhirnya, dia buka celana dalam dan roknya, lalu pinjam handuk gue dulu. Setelah salin, baru dia kembalikan handuknya.
“Udah, pake aja handuk gue, Kak,” kata gue.
Sepertinya dia tahu kebingungan Bella. Gue lihat penis gue mengkerut lagi. Bella lalu buka celana dalamnya yang pink, dilanjutkan dengan buka rok. Kelihatan lagi deh memek Bella. Gue takut dia melihat gue dalam keadaan kayak gitu. Eh, ternyata dia memang memperhatikan gue yang tanpa celana.
“Kakak, memek tuh memang gemuk kayak gitu ya?” kata gue sambil nyengir.
“Sialan, dia menghina memek gue,” kata Bella sambil memukul bahu gue.
Tiba-tiba, gue berkelit, “Wakzzz!” katanya.
Karena Bella memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya dia terpeleset. Punggungnya jatuh ke tubuh gue, kena deh pantatnya ke penis gue. “Iiihhh, rasanya geli banget!” cepat-cepat dia tarik tubuhnya sambil bersungut.
“Kak, tadi kakak bilang culun, kalau kayak gini culun nggak?” kata gue sambil menunjuk ke penis gue. Pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan. Bella kaget juga, ukurannya bisa bertambah jauh. Iseng tanya, “Gedein lagi bisa nggak?”
“Bisa, tapi kakak harus bantu dikit dong!” kata gue lagi.
“Mau pegangin ya? Ya nggak mau lah!” jawab Bella.
“Bukan! Kakak taruh ludah aja di atas kontol gue!” jawab gue.
Karena penasaran, Bella coba ikuti perkataan gue. “Gitu doang kan? Mau kakak ngeludahin kamu mah dari dulu kakak pengen ngeludahin kamu,” ujar Bella.
Sialan nih kakak gue, gue dikerjain. Dia dekatkan kepala ke arah penis gue, lalu mengumpulkan air ludahnya. Tapi belum juga dia membuang ludahnya, penis gue sudah bergerak. Kelihatan penisku naik sedikit demi sedikit, diameternya makin lama makin gede. Panjangnya juga bertambah. Keren banget melihatnya. Geli di sekujur tubuh melihat itu semua. Kepala penis mulai kelihatan di antara kulupnya, perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wah, bukan main perasaan senang gue waktu itu. Gue benar-benar asyik melihat helm penis itu perlahan muncul.
Akhirnya bebas juga kepala penis dari halangan kulupnya. Penis gue sudah tegang sekali, menunjuk ke arah Bella. Warnanya lebih merah. Bella jadi terangsang melihatnya. Dia alihkan pandangan ke gue.
“Hehe, dia ke arah gue. Masih culun nggak? Macho kan?” kata gue tersenyum.
Tangan gue tiba-tiba turun menuju ke selangkangan Bella. Walaupun dia terangsang, tentu saja dia tepis tangan itu. “Apaan sih, Dik!” kubuang tangannya ke kanan. “Kak, please pegang aja kak, nggak akan diapa-apain… Gue pengen tahu rasanya megang itu nya cewek. Cuma itu aja kak,” kata gue kembali mendekati selangkangan dan mau memegang memek Bella.
Sebenarnya Bella mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri, tapi dia juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok di memek. “Inget, jangan digesek-gesekin, taruh aja tangan lo di situ!” akhirnya Bella mengiyakan. Deg-degan juga hati ini.
Tangan gue lalu mendekat, bulu kemaluannya sudah tersentuh oleh tangan gue. Ihh geli sekali. Gue lihat penis gue sudah keras sekali, kini warnanya lebih kehitaman dibanding sebelumnya. Hangatnya tangan gue terasa melingkupi memek Bella. Geli sekali rasanya saat bibir memek Bella tersentuh telapak tangan gue. Geli-geli nikmat di syaraf memek Bella. Dia jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan, memeknya mengeluarkan cairan.
“Kakak terangsang ya?”
“Enak aja, sama adik mana bisa terangsang!” jawab Bella sambil merapatkan selangkangan agar cairannya nggak semakin keluar.
“Ini basah banget apaan, Kak?”
“Itu sisa air kencing Kakak tahu!” kata Bella berbohong.
“Kak, memek tuh anget, empuk, dan basah ya?”
“Tau ah, udah belum?” Bella berlagak sepertinya ingin situasi itu berhenti, padahal sebenarnya dia ingin tangan itu tetap berada di situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir memeknya.
“Kak, gesek-gesek dikit ya?” pintanya.
“Tuh kan, katanya cuma pegang aja!” Bella pura-pura tidak mau.
“Dikit aja, Kak! Please!”
“Terserah adik aja deh!” Bella mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Tangan gue lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir memeknya terbawa juga ke dalam.
“Uhhhhh!” Hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut Bella. Rasanya nikmat sekali. Otot di dalam memeknya mulai terasa berdenyut. Lalu tangan gue ditarik lagi, bibir memeknya ikut tertarik lagi.
“Oughhhhhhhhh!” akhirnya keluar juga desahan nafas Bella menahan rasa nikmat di memeknya. Badannya terasa limbung, bahunya condong ke depan. Karena takut jatuh, dia bertumpu pada bahu gue.
“Enak ya, Kak?”
“Heeheee,” jawab Bella sambil memejamkan mata.
Tangan gue lalu mulai maju dan mundur, kadang klitorisnya tersentuh oleh telapak tangan gue. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badannya tersentak ke depan.
“Kak, adek juga pengen ngerasain enaknya dong!”
“Kamu mau diapain?” jawab Bella lalu membuka mata dan melihat ke arah gue.
“Ya pegang-pegangin juga!” katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tangan Bella ke arah kontol gue.
Kupikir egois juga kalau Bella tidak mengikuti keinginanku. Dia membiarkan tangannya menuntun tanganku. Kubiarkan tanganku membimbing tangannya. Terasa hangat kemaluanku di genggamannya. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun, mudah saja buatnya memaju-mundurkan tangannya mengocok batangku.
Kulihat tubuhnya kadang-kadang tersentak ke depan saat tangannya sampai ke pangkal kemaluanku. Kami berhadapan dengan satu tangan saling memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu.
Tiba-tiba aku berkata, “Kak..! Titit Adek sama memek Kakak digesekin aja yah..!”
“Hooh,” dia langsung mengiyakan karena dia sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh.
Lalu aku melepas tanganku dari memeknya, memajukan badanku dan memasukkan kemaluanku di antara selangkangannya. Terasa hangatnya batangku di bibir memeknya. Lalu aku memaju-mundurkan pinggulku untuk menggesekkan batangku dengan memeknya.
“Ohhhhh..!” Dia kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan.
“Dek… masukin aja..! Kakak udah nggak tahan..!” Dia benar-benar sudah tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Dia akhirnya menginginkan batangku masuk ke dalam memeknya.
“Iya Kak..!”
Lalu aku menaikkan satu pahanya, dilingkarkan ke pinggangku, dan tangan satunya mengarahkan kemaluanku agar tepat masuk ke itilnya.
Dia terlonjak ketika batangku masuk ke dalam kemaluannya. Rasanya ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa. Akhirnya dia hanya bisa menggigit bibirnya untuk menahan rasa nikmat itu. Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian dia mengalami orgasme. memeknya rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di dalam tubuhnya berkontraksi.
“Ohhhhhh..!” Dia tidak kuat untuk tidak berteriak.
Kulihat dia masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba aku mendorong sekuat tenaga hingga badannya terdorong sampai ke tembok.
“Ouughhh..!” katanya.
Pantatku kudekatkan lama sekali ke arah memeknya. Lalu badanku tersentak-sentak melengkung ke depan. Kurasakan cairan hangat di dalam memeknya.
Lama kami terdiam dalam posisi itu, kurasa batangku masih penuh mengisi memeknya. Lalu aku mencium bibirnya dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali, basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama sekali. Tanganku lalu meremas payudaranya dan memilin putingnya.
“Kak..! Kakak nungging, terus pegang bibir bathtub itu..!” tiba-tiba aku berkata.
“Wahh..! Gila adik ya..!”
“Udah.., ikutin aja..!” kataku lagi.
Dia pun mengikuti petunjukku. Dia berpegangan pada bathtub dan menurunkan tubuh bagian atasnya, sehingga batangku sejajar dengan pantatnya. Aku bisa melihat dengan jelas memeknya dari belakang. Lalu aku mendekatinya dan memasukkan batangku ke dalam memeknya dari belakang.
“Uhhhhhh..! %@!#$&tt..!” Dia menjerit saat batangku masuk ke dalam rongga memeknya.
Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih kurasakan karena tanganku yang bebas kini meremas-remas payudaranya. Aku terus memaju-mundurkan pantatku sampai sekitar 10 menit ketika kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Dia rasakan lagi tembakan spermaku hangat membasahi rongga memeknya. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu yang cukup lama.
Setelah kejadian itu, kami jadi sering melakukannya, terutama di kamarnya ketika malam hari saat orang tua sudah pergi tidur. Minggu-minggu awal, kami melakukannya bagaikan pengantin baru, hampir tiap malam kami bersetubuh.