Gairah yang Terpendam - Bab 02
“Berhenti deh, bangun!” jawab Mona sambil berusaha narik tubuhnya.
Tangan Leon melingkar di pinggang Mona, nahan gerakannya. Dia lilitin kakinya ke tubuh Mona, bikin dia kayak guling.
“Shit! Leon!” teriak Mona.
“Berani lo ngatain gue?” gumam Leon sambil deketin wajahnya.
Mona nelen ludah pas ngerasain ereksi Leon yang menonjol mengenai pahanya. “Lepasin gue,” ucap Mona dengan tenang.
“Gue lagi pengen cium seseorang,” kata Leon.
“Cium tembok aja,” jawab Mona sambil berusaha narik tubuhnya.
Leon lepasin Mona dan wanita itu langsung berdiri. Leon balik lagi ke balik selimut.
Mona nghela napas frustasi, “Berhenti kaya anak kecil deh. Udah tanda tangan kontraknya.”
Mona tarik selimut Leon dan dia duduk dengan wajah kesal. Dengan gerakan cepat, dia tarik tangan Mona dan cium bibirnya dengan lembut. Mata Mona melebar, dan Leon komentar, “Lo jelek.”
Leon beranjak ke kamar mandi, tapi enggak lama dia keluar lagi dan liatin Mona yang masih berdiri di tempatnya.
“Pasta giginya abis, lho,” ucap Leon sambil nunjukin pasta gigi yang udah habis.
Mona jalan sambil bawa baju Leon ke sebuah studio terkenal. Artisnya lagi syuting iklan produk pencuci muka, dan Leon minta Mona ambilin bajunya yang ada di mobil karena bajunya kena cipratan kopi.
Abis naro baju Leon di ruang ganti, Mona mutusin buat cari makan. Untungnya, di studio itu ada foodcourt. Mona nikmatin makannya dengan tenang, trus inget kejadian beberapa hari lalu pas Leon cium dia.
Leon emang sering godain dia, tapi itu pertama kalinya Leon beneran cium dia. Mona enggak terima disebut ciumannya jelek, tapi dia terlalu kaget sampe enggak bisa bereaksi.
Abis makan, Mona balik buat liat Leon udah selesai syuting apa belum. Pas jalan di lorong, dia tanpa sengaja senggol bahu seorang cewek sampe kipas elektrik yang dipegangnya jatuh.
“Lo enggak punya mata apa?” bentak cewek itu ke Mona.
“Maaf, enggak sengaja,” jawab Mona sambil ambil kipas dan kasih ke cewek itu.
Mona liat cewek berkacamata hitam yang berdiri di sampingnya, Beatrix, artis yang terkenal angkuh. Mona tau kalo Beatrix nganggep rendah dia.
“Ck, kenapa orang kayak lo bisa masuk sini?” sindir Beatrix.
Mona senyum kecut, “Kenapa gue enggak boleh di sini?”
“Ini area khusus artis,” jawab Beatrix.
“Trus kenapa? Artis gue lagi kerja di sini,” kata Mona.
Beatrix nyilangin tangannya dengan angkuh, “Lo fans?”
“Gue manager,” jawab Mona.
Beatrix ketawa, “Orang kayak lo manager?”
Beatrix makin memandang remeh Mona, “Artis bodoh mana yang nge-hire lo jadi managernya?”
“Jangan ngejek artis gue,” bela Mona.
“Dia pasti gendut dan bodoh,” kata Beatrix.
“Iya, gue gendut dan bodoh,” suara Leon bikin perhatian mereka teralihkan.
Leon jalan santai mendekati Mona, rangkul lehernya, trus liatin Beatrix dengan senyum mematikan. “Ada masalah sama managernya?” tanya Leon, bikin Beatrix diam.
Beatrix kaget pas tau kalo Mona manajer Leon. “Oh, Hai Leon,” sapanya.
Ekspresi muka Beatrix berubah, dan Mona mencibirnya.
“Siapa lo? Gue kenal lo?” tanya Leon santai.
Mona angkat pundaknya, tanda enggak tau.
“Kalo gitu, kita pergi dulu. Artis tampan ini lagi sibuk,” ucap Leon sambil narik Mona pergi dari hadapan Beatrix.
Abis jauh dari Beatrix, Leon berdecak kesal, “Lo kemana tadi? Baju gue mana?”
“Udah gue taruh di ruang ganti,” jawab Mona.
Mereka masuk ke ruang ganti bareng, dan Mona kasih baju Leon yang dia gantungin. Leon masuk ke bilik, trus lempar bajunya yang ketangkep sama Mona.
“Jangan dilemparin! Ini baju studio,” kata Mona.
Leon enggak peduli dan lempar celananya lagi yang ketangkep sama Mona. Abis selesai, Leon keluar dan rapiin rambutnya. “Kacamata gue mana?”
Mona ambilin kacamata Leon dan kasih ke dia. Pria itu langsung pake dan keluar dari situ, diikuti sama Mona di belakang.
“Jangan cari masalah sama artis lain,” gumam Leon.
“Dia yang cari masalah. Lagian lo juga bikin masalah,” jawab Mona.
Leon berhenti dan balik liatin Mona, bikin wanita itu hampir nabrak dia.
“Jangan pake baju ini lagi. Gue udah beliin baju bagus. Pake itu,” kata Leon ke Mona.
“Ada apa sama bajunya?” tanya Mona.
“Lo enggak liat gue artis. Sebagai manajer, penampilan lo terlalu biasa,” jawab Leon.
“Udah, jangan bahas penampilan gue. Ayo pergi, kita masih ada jadwal,” kata Mona sambil duluanin Leon, yang bikin pria itu enggak terima karena dia diabaikan.
Mona liat penampilannya di cermin. Celana jeans, kaos kebesaran, dan rambut diiket kuda. Apa ada yang salah sama dia?
Mona tarik ikat rambutnya, trus buka lemari dan ambil baju pemberian Leon: rok pendek warna olive dan blouse lengan panjang warna gading. Abis ganti baju, Mona duduk di depan meja rias dan mulai dandan.
“Mona! Stik PSnya mana?!” teriak Leon dari sudut rumah.
“Di laci ruang tengah,” teriak Mona.
Mona nghela napas, iket rambutnya lagi, trus keluar kamar. Dia liat beberapa laci terbuka di ruang tengah.
“Kalo nyari, pake mata dong,” ucap Mona sambil ambil stik PS yang ada di laci.
Mona kasih stik PS itu ke Leon, tapi dia cuma diem liat penampilan Mona.
“Ada apa sama penampilan gue?” tanya Leon, bikin Mona sadar kalo dia masih pake setelan dan makeup yang tadi.