Cinta Satu Malam Pramugari Sexy - Bab 05
Aku bangun dan terus pergi ke tas pakaianku. Aku mengambil pil dan memberikannya kepada Enzi, “Nih!!! Sebelum tidur atau besok pagi minum obat ini.”
Enzi melihatnya. Sedikit kelegaan terpancar di wajah Enzi.
“Kenapa marah aku keluar di dalam? Vaginamu nggak berhenti rapat, tadi.” ejekku kepada Enzi.
Enzi malu. Dia tahu yang keluar di dalam lebih enak dan nikmat daripada dilepaskan di luar.
“Mana tahu kamu sudah siap obatnya dari awal” sambil menunjukkan pil pencegah kehamilan itu. Aku hanya tersenyum dan terus berlalu ke kamar mandi untuk mandi dan mencuci tubuhku yang berkeringat ini. Aku membuka air “shower” di kamar mandi itu dan berkata dalam hati, “nggak nyangka malam ini adalah malam yang paling indah”. Kataku sambil membelai penisku.
Setelah selesai mandi, aku keluar dan hanya memakai celana dalam untuk tidur. Enzi sudah siap dengan handuk dan menunggu giliran untuk mandi dan menghilangkan keringat di badannya. Lama juga dia di dalam kamar mandi, nggak tahu apa yang dipikirkannya.
6.00 Pagi
Aku terbangun dari tidurku. Sungguh nyaman tidurku malam ini. Aku lihat di sebelahku, Enzi masih tidur. Mungkin capek karena tadi malam hampir 3-4 kali dia mencapai orgasme. Aku bangun ke kamar mandi. Sebelum itu, aku sempat mencubit hidung Enzi dan mencium pipinya.
Di dalam kamar mandi, aku lihat cermin dan tersenyum. Bagaimana puas sekali malam tadi sambil membayangkan wajah Enzi yang kelelahan dan tercengang-cengang seperti kekurangan oksigen.
Aku keluar dan menggeliatkan tubuhku di atas ranjang. Enzi yang sedari tadi tidur, membalikkan badannya menghadap aku. Dia membuka mata.
“Emm sayang sudah bangun? Jam berapa sekarang?” Tanya Enzi.
“Sudah Jam 6 sayang” balasku sambil mengelus pipi Enzi lembut.
“Kamu mau check-out jam berapa?” Tanya Enzi lagi. Aku baru teringat yang aku hanya check-in untuk satu malam.
“Emm sekitar jam 10 atau 11,” balasku. Aku hanya memperhatikan Enzi yang sedang berbaring di atas ranjang sambil berselimut. “Memang cantik sekali tubuh Enzi, tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, dadanya yang mantap dan vaginanya yang sempit” gumamku dalam hati.
Aku kemudian turut masuk ke dalam selimut. Tidak seperti Enzi, aku terus berselimut dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ini membuat aku dapat melihat terus tubuh Enzi yang berselimut itu tanpa sehelai benang pun. Jari-jariku yang nakal kini bergerak dari paha naik ke atas.Kini tanganku sudah sampai di selangkangan Enzi.
Aku bermain sebentar di bagian bibir vaginanya. Membukanya sedikit dan menggosok jariku secara perlahan di kawasan itu.
“Emmmhh sayang mau lagi, ya?” Tanya Enzi dengan suara sayu. Mungkin gairahnya baru mau datang. Aku tidak menjawab. Aku terus bermain-main di kawasan itu. Tidak lama kemudian, Enzi membuka selangkangannya sedikit.
“Tuh kan, pasti nggak tahan juga” kataku dalam hati.
Setelah membuka selangkangannya, aku menggerakkan jariku di kawasan itu, sesekali memasukkan jariku ke dalam vaginanya.
“Emphh emphhh emmpphh” bunyi erangan Enzi perlahan diikuti bunyi nafasnya yang naik turun itu.
Dalam keadaan aku berada di dalam selimut, aku terus bergerak berada di selangkangan Enzi dan wajahku kini menghadap lubang vaginanya. Seperti biasa, aku memuli kegemaranku, yaitu menjilati vaginanya.
“slrppp slrppp pappp slrppp slrpp slrpp pap”
Aku menjilati vaginanya dengan rakus. Penisku kembali tegak ketika aku sedang menjilati vaginanya. Bau aroma vaginanya telah merangsang penisku. Setelah 5 menit aksi jilat-menjilat itu, aku dapat rasakan cairan birahi Enzi sudah mulai keluar.
“Emmm sayanggg emmm….. Enak, sayang, emphhhh” Enzi merengek kesenangan. Badannya kini bergerak ke kiri dan ke kanan.
“Emmm lagi, sayang, mmmm. Masukkan jari, sayanggg, mmmmphh”. Aku yang mendengar arahan dari Enzi itu, terus memasukkan jariku ke dalam vaginanya sambil lidahku masih meneruskan aktivitasnya.
Baru beberapa menit saja aksi memasukkan jari dan jilatan ke arah lubang kenikmatannya, “Arghhh, emm, sayanggg, emm, i”m…. I”m… I”m cumming, sayang”
Rintih Enzi sambil mengepit kepalaku menggunakan kedua pahanya. Pagi ini, cairan yang dikeluarkan oleh vaginanya tidaklah sebanyak semalam. Mungkin pagi ini yang tinggal hanyalah sisa-sisa “stock” cairan kenikmatan Enzi yang tidak dikeluarkan semalam.
Setelah Enzi mencapai orgasme, aku mengeluarkan kepalaku keluar dari selimut. Aku masih melihat Enzi masih memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang tak terbayangkan sambil tangannya kini menggosok vaginanya sendiri. Aku tersenyum melihat keadaan Enzi begitu, dan aku memegang tangannya, mengalihkan tangannya dari terus bermain dengan vaginanya sendiri.
Aku terus cium Enzi di bagian tengkuknya. Ini membuatkan Enzi meneruskan rintihannya,
“Emphhh, emphhh, emphh” sambil kulihat dadanya naik turun mengendalikan nafas. Sambil aku mencium Enzi, tanganku kini memegang penisku dan mengarahkan ke arah lubang kenikmatan Enzi. Setelah menemukan sasarannya, aku terus memasukkan penisku.
“Arghhhhhhhh!” Enzi terkejut dengan tindakanku. Dia membuka matanya dan melihat aku tersenyum padanya. Enzi menampar lenganku manja sambil berkata,
“Arghh, mmm, sayang, ni, Emmpphh, emmpphh, suka, buat, Emmpphh, gitu, tau, Emphhhh”
“Hihihi, cuma mau surprise” kataku sambil menggerakkan pinggulku. Gigitan-gigitan vaginanya masih dapat aku rasakan walaupun kami berdua sudah bertarung semalam agak lama. Ternyata vaginanya masih memerlukan belaian penisku.
“Papp papp papp papp papp papp papp” aku terus menggerakkan pinggulku. Aku mungkin akan kalah pagi ini karena kehabisan tenaga tadi malam.