Cinta Satu Malam Pramugari Sexy - Bab 04
Sepuluh menit juga aksi yang dilakukan Enzi. Kamar yang berhawa dingin itu dirasakan panas oleh kami berdua. Peluh menetes di antara kedua bukit kembar milik Enzi sampai ke perutnya dan kemudian singgah di perutku. Tetapi Enzi masih lagi meneruskan goyangan pinggulnya.
“erghh erghh arghh arghh yeahh sayang enak, nggak? Arghh arghhhh” tanya Enzi sambil membuat muka yang begitu bergairah terhadapku.
“Enak, sayang, erghhh Emmphh emmpphh” aku membalas. Kali ini aku rasa, kalau Enzi terus menerus melakukan aksi goyang pinggul ini, aku pasti tumpas. Aku langsung mendorong Enzi ke tepi dan kini aku di atas. Enzi yang sedikit terkejut bertanya, “Kenapa, sayang? Kenapa didorong gitu?”
“Enak banget, sayang, goyang. Nggak tahan, nih.” Kataku. Enzi tertawa kecil karena pengakuanku ini. Aku yang melihat Enzi tertawa, terus menekan penisku ke dalam vaginanya dengan lebih dalam.
“ARGHHHHHH!! Enak, sayang, dalam lagi, sayang” Enzi menjerit kuat kali ini. Kalau ada orang di kamar sebelah, pasti akan mendengar suara Enzi.
“PLAP!! PLAP!! PLAP!! PLAP!! PLAP!! PLAP!!”
Hentakan kali ini agak kasar dan kuat. Setiap hentakan yang diberikan, memang aku sengaja tekan biar sampai habis sampai ujung pangkal penisku.
“Arghhh!! Arghh!! Arghh!! Arghh!! Sayang, dalam banget, sayang. Enak, sayang” keluh Enzi. Setiap kali hentakan penisku masuk, aku dapat rasakan vaginanya yang rapat.
Hampir 30 menit permainan kami dengan posisi kadang aku di atas, kadang Enzi di bawah, aku dapat rasakan yang Enzi akan mencapai orgasme kali ini. Ini karena rengekan Enzi lebih kuat.
“Sayangg!!! Arghhhh nggak tahan, sayang. I”m … Im cumm… Cummings sayanggg” dengan rengekan ini, tubuh Enzi turut mengejang-ngejang, dan pahanya mengepit tubuhku. Aku cabut penisku dan terus menjilat vaginanya yang mengeluarkan cairan yang banyak itu.
“slrpp Emm slrpp Emm banyak, sayang”
Enzi masih lagi terkejut dengan orgasmenya. Dengan ekspresi wajah yang seakan-akan “kaget” dengan sensasi yang baru saja dialaminya, aku bangun dan memasukkan penisku kembali. Aku menggerakkan penisku lebih pelan, dan kemudian cepat. Menarik penisku dengan perlahan, dan mendorongnya lebih kuat.
“PAP! PAP!! PAP!! PAP!! PAP!! PAP!!”
Gerakan ini aku lakukan lebih kurang 20 kali tusukan dengan niat untuk meneruskan lagi kenikmatan yang dirasakan Enzi. Aku nggak mau kenikmatan dan kesenangan yang dia alami hilang setelah orgasmenya tadi.
Enzi masih lagi terasa akan orgasmenya karena kali ini, matanya terpejam merasakan kenikmatan gerakan perlahan dan cepat dari penisku. Aku juga nggak bisa menahan lagi. Apabila aku melihat Enzi masih terpejam, aku mencabut penisku dan tanganku memainkan klitoris milik Enzi. Sambil membuang “kondom” yang aku pakai sejak tadi. Enzi tidak tahu yang aku akan memasukkan penisku kali ini tanpa kondom.
Aku memasukkan kembali penisku ke dalam vaginanya. Aku kembali mendorong penisku. Setelah beberapa detik, aku yang masih meneruskan aktivitas mendorong dan menarik ini melihat Enzi membuka matanya dan berkata,
“Sayang?? Kamu buka kondomnya, ya?”
Aku yang mendengar pertanyaan Enzi ini terus mendorong penisku dengan lebih dalam dan tempo yang cepat.
“Arghh arghh sayang, Arghhh enak, sayang, Arghhh” Enzi merengek kesenangan. Ini yang aku mau. Yaitu mengalihkan perhatian Enzi yang menyadari “kondom” telah dibuka kepada satu kenikmatan yang nggak bisa dibandingkan.
“Arghhh sayanggg. Aku mau keluar, Emmphh sayanggg” Enzi menjerit kesenangan.
“Sedikit lagi, sayang. Urghh aku juga mau keluar, sayang.” Kali ini aku rasa aku nggak bisa menahan penisku dari terus mengeluarkan cairan kenikmatan itu.
“Urghh mau keluar, nih, sayang?? Ahh ahhh di dalam atau di luar?” Aku berharap di dalam. Walaupun ada risiko keluar di dalam. Tetapi kenikmatan itu nggak sama dengan keluar di luar. Aku juga telah membeli obat pencegah kehamilan sebelum check-in di hotel ini, tetapi Enzi tidak tahu.
“Arghhh sayanggg i”m … Cumming sayang… Emmpphh pan..cut emphhh arghh lu….”
Belum sempat Enzi menyelesaikan kalimatnya. Aku terus memancarkan cairan kenikmatanku di dalam vaginanya.
“SAYANG!!!!” Enzi terkejut dengan tindakanku. Matanya kini membulat dan pupil matanya seolah-olah melihat ke atas. Vaginanya terus membuat vaginanya rapat memerah penisku untuk mengeluarkan cairan kenikmatanku. 7 atau 8 kali juga tembakan aku ke dalam vaginanya.
“SAYANG!!!!! Kenapa keluar di dalam??? Enzi seakan-akan terkejut dan memarahiku. Aku nggak menjawab dan terus membiarkan penisku menghabiskan sisa-sisa cairan kenikmatanku di dalam vaginanya. Setelah aku rasakan penisku mengecil, aku cabut keluar dari vaginanya dan melihat cairan putih pekat keluar.
“SAYANG!!! Aku tanya, kenapa keluar di dalam? Kalau hamil gimana?” tanya Enzi sambil memukul lenganku.