Cinta Satu Malam Pramugari Sexy - Bab 02
Enzi seolah-olah mengerti perasaanku. Mungkin karena pelukanku, “batangku” yang keras menekan bagian bokong Enzi yang besar itu.
Aku: Iya, sih. Tapi masih bisa ditahan, hehe.
Enzi: Oh, ya? Ini apa yang keras, nih?
Aku: Keras? Aku langsung menarik tangan Enzi ke arah “batang” ku. Dia memegang dan meraba “batang” ku.
Ini membuat “batang” ku semakin tegang. Sambil memeluk Enzi, aku menggerakkan tanganku ke dadanya.
Aku: Besar banget, sayang.
Enzi tertawa karena aku langsung memanggilnya sayang. Aku terus mengusap-usap manja dada Enzi yang berukuran 36D itu. Putingnya sudah mengeras. Enzi, yang masih membelakangiku, aku remas putingnya dan mulutku langsung mencium lehernya.
Enzi seakan-akan menahan nafsu yang baru saja muncul. Aku terus mengusap dadanya, dan kini tanganku perlahan-lahan turun ke arah perut Enzi dan masuk ke dalam celananya mencari “kenikmatan” yang sudah aku tunggu.
Jariku sudah sampai di bagian vaginanya. Aku mengusapnya perlahan-lahan sambil terus mencium leher Enzi. Kali ini, Enzi nggak bisa menahan sensasi hubungan ini. Enzi langsung meletakkan ponselnya di sebelahnya, dan terdengar suara yang dia keluarkan,
“Emmmpphhh Emmmpphhh Emmmpphhh”.
Hanya itu yang aku dengar. Hampir 5 menit aku mengusap vaginanya dengan lembut. Aku bangun dan membuka celana tidur Enzi. Enzi, yang sedang berbaring, mengangkat sedikit punggungnya untuk memudahkan urusanku. Setelah celananya dibuka, aku terpana dengan pemandangan di depanku.
Aku: Emmm, licin, ya.
Enzi hanya mengangguk. Aku langsung mendekatkan mukaku ke arah vaginanya. Ini adalah favoritku, yaitu menghisap dan menjilat kemaluan wanita.
Sllllrrrrppppp!!!!
Enzi hanya mampu mengeluarkan suara “emmmmpphhhh” saat lidahku berada di belahan vaginanya. Aku dengan rakus terus menjilati dan sesekali memasukkan jariku ke dalam vaginanya sambil terus menjilati.
“emmpphh emmpphh emmpphh enak banget, sayang emmpphh arghh enak emmpphh”
Suara Enzi lebih kuat dibandingkan awal-awal “pertempuran” tadi. Badan Enzi diangkat olehnya, dan pahanya mengepit kepalaku dengan kuat sambil berkata,
“arghhh sayang, aku udah mau, arghhh Emmphh sayanggg”
Cairan hangat memenuhi mukaku. Banyak sekali cairan yang dikeluarkan Enzi, dan aku melihat Enzi tersenyum sambil memandangiku. Aku bangun dengan mulut masih terbuka karena hampir 15 menit aku menjilati vaginanya.
Aku bangun dan langsung membuka celanaku. Terlihat “batang” milikku dengan bulu-bulu yang sudah dicukur rapi. Aku langsung berbaring dan menunggu giliran untuk dipuaskan.
Kini aku berbaring di sebelah Enzi. Enzi bangun sambil mengikat rambutnya. Terlihat sangat seksi dengan dadanya yang berukuran 36D bergoyang-goyang di depanku. Kali ini aku bisa rasakan, yang aku akan dapat rasakan adalah “surga dunia”. Enzi datang ke arahku dan duduk di atas tubuhku.
Perlahan-lahan bibir Enzi mendekat dan mencari pasangannya, lalu kami berciuman dengan penuh kenikmatan. “emmpphh emmpphh emmpphh slrpp emmpphh” hanya itu yang terdengar di dalam kamar itu.
Saat kami berciuman dengan lidah, Enzi merendahkan badannya, dan kini aku bisa rasakan vaginanya menyentuh batang penisku.
“Emmphh sayang, nggak tahan, sayang” kata Enzi padaku karena aku asyik mencium dan meremas dadanya yang besar itu. Dengan kekuatan tubuhku, aku mendorong Enzi, dan kini kami berganti posisi sambil bibir kami masih bertaut. Dalam posisi ini, kini aku lebih dominan mengendalikan tempo permainan kami. Aku semakin rakus dan menurunkan kembali bibirku ke bawah mencari lubang kenikmatan milik Enzi.
“slrrpp Emmphh emmpphh slrpp slrppp” bunyi yang keluar dari mulutku saat aku asyik menjilati vaginanya. Memang kegemaranku adalah menjilati kemaluan wanita.
“Emmmpphh emmpphh emmpphh sayang, jago banget, sayang, main lidah di situ” puji Enzi. Mendengar pujian Enzi, aku terus memasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Terasa sedikit asin, tetapi ini memang yang aku tunggu.
“Sayang!! Sayang!! Sayang!! Arghh arghh emmpphh emmpphh Sayang, aku keluar” kata Enzi diikuti dengan klimaksnya yang kedua.
Lebih kurang 30 menit awal permainan kami, Enzi sudah dua kali mencapai orgasme, sedangkan aku belum memasukkan penisku.
“Hmm hmmm hmm capek, sayang. Enak banget, sayang. Jago banget, sih.” Puji Enzi lagi sekali. Klimaks kedua ini lebih banyak cairan yang keluar dari vaginanya.
Belum reda Enzi dari puncak kenikmatannya yang kedua tadi, aku langsung mengambil “kondom penyelamat” dan memakainya. Tanpa menunggu Enzi yang kelihatan masih mengatur napasnya, aku langsung memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
“Arghhhhhhhh” jerit Enzi.
Agak senang aku memasukkan penisku karena sebelum ini Enzi juga pernah berhubungan dengan mantan pacarnya. Jadi lubang vaginanya tidaklah terlalu sempit. Dan aku terus memasukkan penisku sampai pangkal pahaku bertemu dengan pahanya. Ini membuat Enzi sedikit terkejut.
Aku membiarkan penisku menikmati vaginanya, dan aku kembali mencium dan menjilati dadanya.
Seketika kemudian, aku mulai menggerakkan pinggulku. Dengan perlahan aku menggerakkan penisku di dalam vaginanya.
Aku: Sayang, enak, nggak?
Enzi membalas dengan ekspresi wajah yang memancing nafsu birahiku.
“Enak, sayang.”
Lebih kurang 10 menit aku menggerakkan pinggulku dengan posisi klasik, juga tempo yang perlahan dan sederhana, aku mengangkat kaki Enzi ke atas bahunya. Kini pemandangan vaginanya dapat kulihat dengan jelas, dan belahan vaginanya terbuka sedikit lebar.
Aku: Sayang, aku geraknya lebih cepat, ya?
Belum sempat Enzi menjawab, aku terus menggerakkan penisku dengan lebih cepat.
“Arghh arghh sayang, enak banget, sayang, Arghhh emmpphh” aku terus menghentakkan pinggulku sampai bokong Enzi sedikit terangkat walaupun kami masih dalam posisi Enzi di bawah.
“Plap plap plap plap plap plap” testis ku bergesekan dengan bokongnya, sementara penisku terus menerobos masuk sampai pangkal penisku tidak kelihatan.
“Arghhh sayanggg. Aku mau keluar, sayanggg arghhhh” tubuh Enzi mengejang-ngejang setelah beberapa menit hentakan kuat dari penisku menerobos vaginanya.