Cinta Satu Malam Pramugari Sexy - Bab 01
Awal perkenalanku dengan Enzi terjadi saat penerbangan menuju Bangkok, di mana Enzi bekerja sebagai pramugari. Aku duduk di kursi dekat lorong dan tak bisa mengalihkan pandangan dari Enzi yang begitu ramah dan profesional melayani penumpang.
Setelah penerbangan usai, aku mengumpulkan keberanian untuk berterima kasih atas pelayanannya yang luar biasa. Kami sempat berbincang singkat, dan aku mencari cara agar tetap bisa berhubungan dengannya. Beruntung, kami bertukar akun media sosial dan mulai sering berkomunikasi.
Seiring waktu, kami semakin akrab, saling bertukar kabar dan cerita. Akhirnya, aku memberanikan diri meminta nomor teleponnya. Dengan nomor Enzi di tanganku, aku semakin sering menghubunginya, menanyakan kabar dan berbagi cerita.
Hingga suatu hari Rabu, tiga minggu sebelum bulan puasa, aku mengirimkan pesan WhatsApp kepada Enzi.
Aku: Hai, Enzi. Sehat?
Enzi: Sehat. Kamu?
Aku: Lagi apa, Enzi?
Enzi: Nggak apa-apa. Baru aja sampai di rumah setelah penerbangan panjang.
Aku: Oh. Besok kamu ada waktu nggak, Enzi?
Enzi: Sore ada penerbangan. Mungkin malam ada waktu. Kenapa?
Aku: Gini. Besok aku ke kantor. Mungkin aku nggak pulang dan akan menginap di hotel dekat bandara.
Enzi: Oh, gituuu!!!
Aku: Jadi, gimana, Enzi? Bisa kita ketemu?
Enzi: Emm. Besok aku konfirmasi ya.
Dalam pikiranku, aku yakin rencana kencan kami akan berhasil. “Adikku” juga pasti nggak sabar menanti esok.
Keesokan harinya, setelah tiba di kantor, aku menghubungi Enzi untuk memastikan kami bisa berkencan malam itu.
Aku: Hai, Enzi. Lagi ngapain?
Enzi: Baru aja mendarat. Sebentar lagi ada briefing lagi.
Mendengar Enzi sibuk, aku mencoba merajuk sedikit.
Aku: Jadi nggak jadi ketemu malam ini?
Enzi: Nggak tahu, deh. Lihat ntar malam.
Aku: Aku nggak pulang, lho, malam ini. Nginep di hotel cuma buat ketemu kamu (kataku merayu sedikit)
Enzi: Hmm, jangan bikin bingung, dong.
Aku: Kalau nggak bisa, ya udah. Aku langsung check-in dan tidur aja. Tapi kalau kamu nggak bisa, ya gimana lagi.
Enzi: Hmm, oke deh. Kirim lokasi hotelnya, ya. Tapi aku datang sekitar jam 11 malam, oke?
Yesssssssss!!!! Aku dan “adikku” melonjak gembira hehehe.
Aku: Oke, kamu kabarin aku kalau mau berangkat, ya. Nanti aku berangkat ke hotel.
Enzi: Oke, deh.
Aku: Oke, sampai jumpa nanti malam.
Enzi: Oke, bye
***
Pukul 10.30 malam….
Aku terbangun dari tidurku. Aku meraih ponselku dan mengirim pesan “WhatsApp” ke Enzi.
“Kamu sudah selesai belum?”
Sambil menunggu balasan, aku langsung ke kamar mandi. Mandi dan menyegarkan badan karena malam ini aku harus mengumpulkan tenaga yang ada untuk memuaskan Enzi.
Beberapa menit kemudian, Enzi membalas pesanku dan mengatakan bahwa dia sedang menuju hotel tempatku menginap. Aku langsung memberikan nomor kamar hotel dan memintanya untuk langsung ke kamarku.
Kurang lebih 15 menit, pintu kamarku diketuk.
Tok!! Tok!! Tok!!
Aku mengintip dari lubang kecil di pintu hotel. Seorang wanita cantik datang dan aku langsung membuka pintu. Enzi datang membawa kopernya.
Aku: Kamu habis dari bandara langsung ke sini?
Enzi: Iya. Agak capek, sih.
Enzi: Aku mau mandi dulu, ya. Badan lengket banget.
Aku langsung mengambil handuk dan memberikannya ke Enzi. Enzi langsung masuk ke kamar mandi. Aku pikir Enzi akan berganti pakaian di luar saja. Mungkin karena baru pertama kali bertemu, terasa “canggung”.
Sementara Enzi mandi, aku memikirkan bagaimana “pertunjukanku” nanti. Ini membuat “adikku” berdiri walaupun dia belum melihat tubuh Enzi secara dekat.
Saat aku melamun, Enzi keluar dari kamar mandi. Kali ini dia hanya memakai handuk. Pakaian tidurnya diletakkan di luar. Kali ini aku pikir aku akan berhasil melihat tubuh Enzi saat dia memakai pakaian tidur, tapi dugaanku meleset. Enzi kembali mengambil bajunya dan masuk ke kamar mandi lagi.
Enzi keluar hanya mengenakan celana dan baju tipis. Aku bisa melihat putingnya menyembul melalui bajunya. Enzi berjalan dan berbaring di sisiku di atas ranjang.
Aku: Emmmm, wangi banget, habis mandi.
Enzi: Ah, biasa aja, kok. Nggak wangi juga.
Aku: Kamu sudah makan? Kalau belum, aku beli makan dulu, ya.
Enzi: Belum makan. Emm gimana kalau pesan gopud aja?
Aku: Oke juga, sih. Kamu pilih aja mau makan apa. Nanti aku bayar pas ambil makanan.
Enzi: Oke, bentar, ya, aku pilih.
Hampir 10 menit juga Enzi memilih makanan. Akhirnya, Enzi memilih “Raja Burger” untuknya dan Cattime untuk kami berdua. Aku nggak makan karena sudah makan sore tadi.
Sambil menunggu makanan datang,
Aku: Ini pertama kalinya kita ketemu, langsung check-in, ya.
Enzi: Iya, nih. Kamu beruntung banget, soalnya pas kamu chat aku, aku lagi horny banget, huhuhu.
Pepatah mengatakan, pucuk dicinta ulam pun tiba. Aku merasa mungkin ini “rezeki” aku. Huhuhu.
Enzi: Kamu pernah nggak sebelumnya?
Aku: Pernah apa? *Aku pura-pura nggak paham.
Enzi: Pernah check-in? *Enzi langsung to the point.
Aku: Emm, sebelumnya pernah. Tapi itu di Thailand. Di Jakarta, baru pertama kali.
Aku menceritakan pengalamanku di Thailand bersama teman-temanku, di mana mereka sibuk “massage” dengan wanita-wanita di sana, sedangkan aku menikmati waktu di kamar hotel.
Dua puluh lima menit kemudian, makanan yang dipesan datang. Aku memberitahu Enzi bahwa aku akan turun mengambil makanan. Sebelum turun, Enzi juga memesan aku untuk membeli air mineral dan juga kondom karena dia takut terjadi apa-apa.
Dalam hati kecilku berkata, “burung dan sangkar malam ini nggak bisa bersatu secara alami”. Agak sedih sih karena permainan dan tingkat gairah akan berkurang karena gesekan yang terjadi nggak akan langsung.
Aku langsung turun ke bawah dan pergi ke toko untuk mencari barang yang diminta Enzi.
Setelah mencari selama hampir setengah jam, aku kembali ke hotel. Aku naik ke kamar dan meletakkan makanan di atas meja, lalu berbaring di sebelah Enzi. Aku langsung memeluknya dari belakang.
Aku: Enzi, kamu mau makan dulu nggak?
Enzi: Emm, nggak tahu, deh. Kenapa? Kamu nggak tahan, ya?