ART Hyperseks - End
Setyo sudah berumah tangga dan punya seorang anak. Setelah menikah, kehidupan mereka berubah, mereka jadi lebih dewasa dan matang. Tapi ada satu hal yang nggak berubah dari Setyo, yaitu nafsu seksnya yang menggebu-gebu. Awal perkawinan, Agnes sampai kewalahan melayani nafsu suaminya, lama-lama dia menyerah juga. Akhirnya mereka bikin kesepakatan, Agnes mengijinkan Setyo mencari wanita lain asal nggak dipelihara, cukup dibeli saja. Setyo sih setuju saja, kapan lagi?
Awalnya, Setyo menikmati, tapi lama-lama bosan juga dengan pelacur yang gayanya gitu-gitu aja. Akhirnya dia lebih sering di rumah, sementara Agnes sibuk dengan karirnya yang makin menanjak. Agnes sering keluar kota dan anak mereka diserahkan ke orang tua mereka untuk diasuh sampai umur 10 tahun. Setiap minggu mereka selalu mengunjungi anak mereka yang baru berumur 2 tahun.
Suatu hari, sepulang kerja, Setyo terkejut melihat seorang wanita di rumah. Agnes sedang pergi, dan Setyo baru ingat istrinya tadi pagi menelepon bahwa nanti ada pembantu baru. Ternyata ini dia. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Septi, asal Jawa Timur. Setyo memperhatikan Septi yang sedang menyiapkan meja makan. Umurnya sekitar 32 tahun, tubuhnya bahenol banget. Roknya kelihatan kekecilan, jadi pantatnya menyembul kencang. Blousenya juga kekecilan, payudaranya yang besar seolah mau meloncat keluar.
Setyo memperhatikan wajah Septi, kelihatan penuh nafsu. Wajahnya biasa saja, tapi rautnya mirip perek yang pernah digumuli Setyo. Sepertinya Septi tahu kalau sedang diperhatikan, Setyo segera masuk kamar untuk berganti pakaian. Dia melihat penismu sudah berdiri kencang. Wah, minta dilemasin nih, pikirnya.
“Pak, makanan sudah saya siapkan di meja,” kata Septi dari balik pintu kamar. Setyo mengiyakan dan keluar untuk makan siang. Septi berjalan ke belakang, mungkin mau mencuci atau apalah. Setelah makan, Setyo heran kok nggak ada suara dari belakang. Dia berjalan ke area service, mendekati kamar mandi pembantu, tidak ada suara. Dia mendekati kamar pembantu, juga nggak ada Septi. Mungkin turun ke garasi, pikirnya. Setyo kembali melewati kamar mandi, sekilas matanya melihat pakaian Septi di sudut dekat pintu dan dekat bak mandi.
Tiba-tiba Setyo teringat kata-kata temannya yang bilang kalau vagina pembantu baunya nikmat, soalnya jarang kemasukan penis. Setyo tergoda untuk membuktikannya. Dia mendekati pakaian Septi dekat bak, mengambil BH-nya yang kecil. Tercium bau khas pembantu, Setyo terangsang. Lalu dia mengambil CD-nya, tercium bau vagina dan pesing, ada noda lendir di bagian tutup vaginanya. Setyo mencium celana itu, baunya nikmat. Sialan, temanku memang benar, pikirnya. Penismu sudah kencang sekali.
“Mau diapain celana dalam saya, Pak?” suara Septi terdengar dari belakang. Setyo tersentak, Septi sudah berdiri di belakangnya sambil memandang tangannya yang menggenggam CD-nya. Setyo benar-benar mati kutu.
“Septi akan lapor pada Ibu apa yang Bapak lakukan di sini,” kata Septi. Setyo panik, istrinya bisa ngamuk besar kalau tahu ini.
“Jangan, In. Saya akan keluar sekarang juga, anggap saja tidak ada apa-apa yang terjadi di sini,” kata Setyo. Tapi Septi tidak beranjak, tangannya menghalangi Setyo keluar.
“Tidak begitu gampang, Pak. Kalau tidak mau Septi laporin, berarti Bapak harus Septi hukum,” kata Septi tegas. Setyo melongo, tapi akhirnya mengangguk juga. Kalau tidak begitu nggak beres-beres urusan ini.
“Bapak harus buka semua baju Bapak, Septi mau lihat berapa besar sih penis Bapak, apakah sesuai dengan keberanian Bapak atau tidak,” perintah Septi. Setyo langsung melepaskan pakaiannya sampai telanjang bulat. Penismu sudah tegang sekali. Septi menjilat bibir atasnya sambil memandang penismu.
“Sekarang ambil celana dalam Septi, terus jilatin lendir yang ada di sana sampai bersih, harus diisap-isap ya,” kata Septi. Pelan-pelan Setyo mengambil CD-nya. “Cepat! Septi mau lihat hasil jilatan Bapak,” kata Septi sambil mencengkeram dan meremas penismu. Setyo cepat-cepat menjilat cairan yang menempel di CD-nya dan menghisap semua lendirnya. Septi terus mengocok penismu dengan kasar. Lalu dia melepaskan blus dan roknya, terlihat dia cuma memakai CD putih dan BH hitam. Tubuhnya aduhai, serba kencang dan harum. Ketiaknya penuh bulu lebat. Setyo menelan ludah. Septi mengangkat kedua tangannya ke atas, Setyo meremas-remas buah dadanya, mencoba melepaskan BH-nya, tapi Septi melarang, belum waktunya, katanya.
Tangannya terus mengocok penismu, Setyo tidak mau kalah, meremas payudara Septi dengan sekuat tenaga. Septi berkelojotan sambil merintih dan mendesis. Tiba-tiba Septi menjambak rambut Setyo lalu menarik kepalanya menuju ketiaknya. “Jilat yang bersih,” desisnya. Ketiaknya berbau khas, Setyo segera menjilat dan mencium kedua ketiaknya. Septi terus merintih, satu tangannya dimasukkan ke dalam CD-nya, lalu dikeluarkan lagi dengan jari telunjuk dan jari tengah penuh lendir, kemuSepti dimasukkan ke dalam mulut Setyo. Setyo menjilat habis lendir yang baunya nikmat itu.
Sekarang wajah Setyo ditarik menuju buah dadanya, mukanya seperti hilang di sana. Hangat dan berbau nikmat. “Buka BH Septi pakai mulut, tidak boleh pakai tangan,” desisnya. Setelah BH-nya lepas, tampak payudara besar tapi kencang. Putingnya besar juga, berwarna merah tua. Setyo menjilat-jilat puting itu, menghisap sambil meremas kencang. Septi merintih tidak karuan sambil menjambak rambut Setyo. Sebentar-sebentar tangannya yang penuh lendir dimasukkan lagi ke mulut Setyo.
Sekarang kepalanya ditarik menuju vagina Septi. Setyo otomatis jongkok sementara Septi berdiri. Septi menaikkan sebelah kakinya ke atas bak, lalu menggosok-gosokkan vaginanya yang masih ditutupi CD itu ke wajah Setyo sambil mengerang-erang. “Hisap vagina Septi, buka celana Septi pakai mulut,” perintahnya. Setyo menuruti. Setelah celana dalamnya bersih dijilat, lalu ditarik dengan gigi sampai ke telapak kaki. Tiba-tiba Septi memasukkan jempol kakinya ke dalam mulut Setyo dan menyuruhnya mengemut. Setyo menuruti, soalnya nafsunya juga sedang memuncak hebat dengan cara-cara baru ini.
Setyo kembali naik menuju vagina Septi, Septi menyurukkan kepala Setyo di sela-sela pahanya dan menjepitnya di sana. Tercium bau vagina yang nikmat sekali. “Jilat dan hisap sampai bersih semua lendir Septi,” perintahnya. Setyo memasukkan lidahnya sedalam mungkin ke lubang vaginanya, Septi menjerit-jerit sambil menggoyangkan pinggulnya. Sebentar kemuSepti tubuhnya berkelojotan sambil menjerit keras, kurasakan cairan hangat mengalir masuk ke mulut Setyo, rasanya asin dan baunya dahsyat. Kusedot habis semua cairan itu sementara Septi menggosokkan klitorisnya ke hidung Setyo dan tak lama kemuSepti hidung Setyo digosok-gosokkan lagi. Setyo diam saja sementara Septi mengerang-erang, dan entah berapa kali dia mencapai klimaks.
“Bapak tiduran di lantai,” perintah Septi. Setyo telentang di lantai, lalu Septi jongkok tepat di atas wajah Setyo, wajahnya menghadap ke depan. Vaginanya tepat di atas hidung Setyo, lalu kembali dia memasukkan lubang vaginanya yang sudah merah itu ke dalam hidung Setyo yang penuh lendirnya. “Jilat lubang pantat Septi,” desisnya. Setyo melihat Septi mengeden, dan lubang pantatnya terbuka sedikit, segera dijilat-jilat lubang pantat yang berwarna merah tua itu. Tubuh Septi bergetar sambil memperhatikan apa yang sedang dilakukan di atas wajah Setyo. Tak lama kemuSepti dari lubang vaginanya mengalir lagi cairan kenikmatan diiringi erangannya. Sekarang Septi berputar sehingga lubang pantatnya persis di hidung Setyo sementara vaginanya tenggelam dalam mulut Setyo. Setyo membuat Septi menjerit untuk kesekian kalinya.
Tiba-tiba, Septi terdiam. Tubuhnya tegang, dan Setyo merasakan cairan panas menyembur ke wajah dan mulutnya. Ternyata, Septi pipis di mulutnya! “Minum pipis Septi,” kata Septi. Setyo menjilat-jilat air kencingnya yang asin, sementara Septi mengemut penisku dengan ganas. Setyo tak dapat bertahan lama. Saat mau keluar, Septi menyuruhnya duduk di atas wajahnya. Setyo menyetubuhi mulutnya, kadang lepas sehingga hidung Septi yang jadi sasaran. Wajah Septi penuh dengan lendir Setyo. Tiba-tiba, Setyo mengerang keras, penisnya menyembur-nyembur di dalam mulut Septi. Dengan lahap, Septi menelan air maninya yang banyak, sebagian mengalir ke hidungnya.
Lalu, Septi menjilat-jilat lubang pantat Setyo. Nafsu Setyo segera bangkit. Dia menempelkan lubang pantatnya di hidung Septi dan menggosok-gosokkannya, sementara penisnya dikocok-kocok supaya tegang. Setyo meneruskan tugasnya di lubang vagina dan pantat Septi. “Septi mau minum air pipis Bapak,” kata Septi. Setyo melihat Septi melepaskan jilatan di lubang pantatnya dan menyuruhnya pipis. Ketika air kencing Setyo mau keluar, Septi segera memasukkan penis Setyo ke dalam mulutnya, lalu air kencing Setyo yang panas menyembur di dalam mulut Septi. Septi terbatuk-batuk, tapi terus meminum air kencing Setyo dengan lahap. Seluruh wajah Septi sudah basah oleh air kencing Setyo.
Setyo memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang pantat Septi. Septi merintih-rintih, tak lama kemuSepti penis Setyo mulai tegang akibat hisapan Septi. Septi menjilat-jilat sisa air mani Setyo, lalu menuntun penis Setyo menuju lubang vaginanya. Segera, Setyo menusuk dengan kasar lubang sempit itu. Septi menjerit kenikmatan waktu penis Setyo masuk semua. Lalu, genjotan demi genjotan dimulai. Lubang vagina Septi sudah basah dan berbusa karena lendir mereka berdua. Kadang-kadang Septi menyuruh Setyo mencabut, lalu menjilati lendir di penis Setyo sampai bersih sebelum menusuknya lagi.
Sementara itu, Setyo menghisap puting susu Septi, kadang-kadang menjilat ketiaknya yang berbulu lebat. Setiap kali mau keluar, Septi menyuruh Setyo memasukkan lidahnya menggantikan penisnya di dalam vaginanya. “Bapak kok nggak keluar-keluar lagi sih? Masukin aja ke lubang pantat Septi, Pak. Di situ lebih sempit,” kata Septi. Setyo mencoba memasukkan penisnya ke lubang pantat Septi. Sempit sekali, tapi akhirnya masuk juga, meski diiringi teriakan kesakitan dari Septi dan garukan di punggung Setyo. Sebentar kemuSepti, rintihan mulai keluar dari mulut Septi. Setelah beberapa kali genjotan, Setyo merasakan penisnya mau menyembur lagi. Septi cepat menyuruhnya memasukkan ke dalam mulutnya, lalu Setyo menyetubuhi mulut Septi sambil menjilati lubang pantat Septi yang sudah melebar.
“Septi, Bapak udah mau keluar nih,” desis Setyo. Septi segera berbalik sehingga Setyo di bawah. Lubang pantat Septi masuk ke dalam hidung Setyo, sementara lidahnya menjalar ke dalam vagina Septi. Mereka sama-sama menjerit keras saat Setyo menyemburkan air maninya, sementara Septi mengeluarkan cairan hangat lagi. Setyo membersihkan lubang vagina dan pantat Septi, lalu mereka mandi bersama. Itu benar-benar pengalaman yang dahsyat bagi Setyo. Sejak itu, dia lebih semangat jika istrinya mau keluar kota.